Kelas Inspirasi Pekalongan 2: Kelas Inspirasi ter-DRAMA dan seru!
Kota Batik di Peklongan adik cantik kenapa sendirian, ups malah nyanyi. Maaf ya maklum karena kali ini saya akan menceritakan tentang Kelas Inspirasi di kota Pekalongan.
Pastinya sudah tahu kan apa ciri khas dari kota Pekalongan? Ya ada batik terus juga ada nasi Megono yang punya rasa khas dan unik. Hayo siapa yang sudah mencoba nasi Megono? Yang belum perlu nyoba nih kalau main ke Pekalongan.
Kalau begitu yuk kita lanjut ceritanya ke acara Kelas Inspirasi Pekalongan yang ke-2. Acaranya sendiri dilaksanakan pada tanggal 8 September 2018 dengan sehari sebelumnya diadakan Briefing di Kantor Dinas Pendidikan Pekalongan.
Seperti biasa saya dari Banjarharjo, Brebes yang merupakan ujung kulonnya Jawa Tengah berangkat ke Kota Batik menggunakan belalang tempur (a.k.a motor). Lama perjalanannya sendiri sekitar 3-4 jam an.
Dan di KI Pekalongan ini saya bergabung di rombel SDN Degayu 1 yang merupakan rombel yang asyik dan seru. Kelas Inspirasi Pekalongan sendiri merupakan Kelas Inspirasi ter-Drama yang pernah saya ikuti.
Kenapa begitu? Nah makanya jangan menyerah membaca tulisan saya ini ya biar tau kenapa Kelas Inspirasi Pekalongan menjadi kelas Inspirasi ter-Drama terutama di rombel SDN Degayu 1.
Rombel SDN Degayu sendiri dihuni oleh para veteran Kelas Inspirasi loh dan bahkan ada yang keranjingan ikut Kelas Inspirasi. Dimana setiap ada info pendaftaran KI di kota lain selalu daftar dan masalah diterima atau tidaknya itu belakangan.
Memang sih KI itu bikin ketagihan loh ya gak? Kalau yang belum ikut ikut gih kapan-kapan jadi relawan inspirator atau relawan dokumentator. Biar tahu bagaimana rasanya ketagihan di KI dan siapa tahu ketemu jodoh. Ups.
Nah sampai sini saya bingung mau mulai ceritanya dari mana? Soalnya banyak banget yang harus saya ceritakan ini. Ada usul kah kamu. Iya kamu. Kamu yang lagi baca surat cinta eh tulisan ini maksudnya. Ups.
Oke dari pada bingung kita nonton video ini dulu ya sekalian menunggu saya dapat ide untuk melanjutkan tulisan ini. Selamat menonton ya kamu. Iya kamu.
Nah gimana udah ditonton sampai habis kan videonya? Nah itu adalah sekelumit tentang keseruan Kelas Inspirasi Pekalongan 2 di SDN Degayu 1 yang paling ter-Drama. Ada beberapa drama yang terjadi sejak awal Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 ini.
Mamad Emes
Selain brownis kopi buatan kak Septi yang rasanya enak, di rumah kak Niken yang akhirnya dijadikan homestay pun ada sesuatu yang emes. Awalnya pas Saya, Kak Niken, dan Kak Novi sampai di rumah kak Niken tiba-tiba ada anak kecil yang bukain pintu dengan girangnya.
Ya girang karena kak Niken pulang, tapi anehnya ia tak jaim meskipun ada orang-orang asing (red. saya dan kak Novi). Justru ia malah melambai-lambaikan tangan dengan semangat sambil berteriak "Sini sini sini masuk sini."
Bahkan tangan kak Novi langsung digandeng dan dibawa masuk ke dalam rumah lalu disuruh duduk. Tak lama ia pun berlari ke dalam kamarnya dan keluar lagi membawa sebuah buku dongeng bergambar.
Dan dengan semangat menceritakan isi buku tersebut kepada kita sambil terus tersenyum. Namanya Mamad di bocah bulet gemesin dan aktif banget. Pokoknya kalau ketemu pasti pengen nyubit pipinya dan meluk tuh. Pokoknya gemesin deh.
Bahkan kak Niken cerita kalau ada temannya yang dari Jepara ke Pekalongan dan pengen main ke rumah kak Niken hanya untuk bertemu dan bermain dengan Mamad (Wah udah punya fans nya ya nih anak kecil saya aja gak punya fans kalah deh sama Mamad).
Maklum karena tingkahnya yang aktif dan gak jaim sama orang baru serta gemesin dan cepat akrab membuat Mamad disukai banyak orang. Termasuk teman-temannya kak Niken yang pernah main ke rumahnya.
Pokoknya Mamad jadi hiburan deh setelah perjalanan panjang saya dari Brebes, kak Adhit Bandung, Kak Aziza Purwokerto, dan kak Septi dari Bali. Apalagi buat kak Niken yang baru pulang dari Semarang dan baru ketemu sama Mamad yang gemesin.
Drama Brownis
Siapa yang suka sama kue coklat manis ini? Saya juga suka loh rasanya itu loh melumer dan petcjah di mulut. Apalagi yang topingnya keju mozarella atau coklat tabur yang yummy banget deh pokoknya. Apalagi gratis pasti tambah yummy, ups. Hayoo ngaku aja deh soalnya orang Indonesia suka yang gratisan (include me).
Lalu apa hubungannya Brownis sama Kelas Inspirasi Pekalongan? Ya drama itu berawal dari brownis ini. Bisa dibilang brownis ini pintu nya untuk terjadinya drama-drama lainnya di Kelas Inspirasi Pekalongan 2 rombel SDN Degayu 1.
Ada seorang relawan inspirator yang berasal dari Bali namanya kak Septiani Puji L yang kalau dipanggil nengok. Ups. Nah kak Septi ini saat berangkat penuh drama banget nih.
Dari rencana mau naik pesawat dari Bali ke Semarang tapi gak jadi. Dan akhirnya jadinya naik angkutan darat dari Banyuwangi naik bus demi-demi dateng Briefing KI Pekalongan dan mengantarkan brownis spesial buatannya sendiri buat relawan rombel SDN Degayu 1. Wah so sweet ya.
Tapi hingga acara briefing KI Pekalongan 2 selesai brownis dan yang membawanya tak kunjung sampai. Usut punya usut ternyata kak Septi itu dari sudah sampai Solo dan lanjut naik bus ke Semarang lalu ke Pekalongan. Makanya perjalanannya jadi berkalikalilipat lebih lama.
Padahal sudah disarankan kalau sudah sampai Solo naik kereta yang ke Semarang lalu lanjut naik kereta lagi ke Pekalongan. Dan akhirnya brownis dan kak Septi sampai di Pekalongan sekitar jam 3 pagi di terminal Pekalongan. Satu jam setelah kedatangan kak Adhit dari bandung yang juga menggunakan bus malam.
Dan akhirnya brownis kopi ala kak Septi pun sampai di homestay walaupun kepagian datangnya. Dan cerita bahwa saat di Solo kak Septi kena calo bus yang harus bayar lebih mahal dari tiket aslinya. Kasihan ya kak Septi. Sabar ya kak yang penting bisa sampai di Pekalongan dan menginspirasi adek-adek gemes SDN Degayu 1.
Drama Relawan & Double Job
Nah sebelumnya di rombel SDN Degayu 1 terdapat tujuh orang relawan inspirator, dua relawan dokumentator dan dua fasilitator. Namun hingga hari H ternyata yang datang hanya 8 orang saja yaitu empat orang inspirator dua dokumentasi dan dua fasilitator. Dan sisanya mengundurkan diri karena ada kegiatan atau acara yang lain yang tak bisa ditinggalkan.
Masalah pelik pun terjadi di homestay saat persiapan untuk Hari Inspirasi besoknya. Dimana relawan inspirator hanya tersisa 4 orang saja sementara ruang belajar ada 5 kelas dimana kelas satu dan kelas dua digabung.
Nah malam itu di homestay pun kita berembuk untuk dua masalah tersebut yaitu kekurangan relawan pengajar dan tak adanya videografer. Dan hasilnya kak Niken yang merupakan ketua rombel SDN Degayu 1 meminta bantuan kak Novi yang serang fasil untuk turun tangan menjadi relawan inspirator.
Dan dengan begitu kak Caca menjadi satu-satunya fasil yang menghandle semua jalannya kegiatan Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 dari mulai jadwal mengajar, pengingat waktu, dan juga sebagai penghubung antara para relawan dan pihak guru serta sekolah.
Nah sementara kak Novi harus mendadak dangdut eh maksudnya mendadak jadi relawan inspirator di SDN Degayu 1. Pokoknya dadakan deh semuanya namun karena seorang jurnalis kak Novi akhirnya mampu mengatasi dan memeprsiapkan materi dadakan dan tentunya dibantu oleh kak Niken yang banyak memberikan saran. Termasuk tentang bagaimana metode mengajar yang bisa dilakukan oleh seorang jurnalis kepada anak-anak.
Sementara itu untuk videografer akhirnya karena ada dua fotografer yaitu saya dan kak Niken. Akhirnya kami putuskan bahwa saya yang mendadak jadi videografer sementara kak Niken tetap menjadi fotografer.
Namun karena kamera saya tak mendukung akhirnya kak Adhit meminjamkan kamera mirolles miliknya untuk digunakan sebagai alat dokumentasi videonya. Namun karena belum kenalan jauh dengan kamera kak Adhit yang merk dan bentuknya beda dengan kamera yang saya punya.
Hasilnya ya seperti video diatas banyak yang gelap dan goyang serta gak tajam gambarnya. Maklum videografer dadakan dengan kamera dadakan juga beda merk lagi. Maklum fotografer itu kalau sudah cocok sama satu merk kamera dia gak akan pindah ke merk lain dan setia banget lah. Jadi gak mau nih punya pasangan seorang fotografer? Ups (malah promosi).
Nah akhirnya setelah masalah tersebut selesai kita pun tinggal menyelesaikan pembuatan nametag bintang yang akan digunakan oleh 100an siswa SDN Degayu 1 Pekalongan. Selain itu malam itu pun PR banget guntingin stiker bintang yang akan digunakan untuk menulis cita-cita anak-anak dan menempelkannya di backdrop. (Lembur kita gaes, wkwkwk)
Dan akhinya semuanya istirahat setelah kak Septi dan kak Adhit datang sekitar jam 2 atau jam 3 an. Walaupun sebentar tapi kita harus semangat memberikan inspirasi kepada adek-adek gemes di SDN Degayu 1.
Akhirnya kita pun naik motor dari homestay atau rumahnya kak Niken di pekalongan agak selatan menuju lokasi SDN Degayu 1 yang berada di Pekalongan Utara. Kita menggunakan 3 motor dan saling berboncengan dimana Kak Niken dengan kak Azizah, kak Novi dan kak Septi dan saya dengan kak Adhit. Sementara kak Caca dan kak Destri langsung menuju ke lokasi dari rumahnya masing-masing.
Ya setelah sampai kita seperti biasa disambut oleh guru-guru dan anak-anak yang masih baru pada datang. Setelah itu acara dibuka oleh perwakilan guru di hadapan para siswa yang dikumpulkan berbaris di halaman sekolah.
Dilanjutkan dengan perkenalan seluruh relawan dan ice breaking dengan Chicken Dances bersama semua siswa SDN Degayu 1 dan para relawan. Sebelum akhirnya semua masuk ke kelas masing-masing untuk menerima.
Ya memang itulah memang kebanyakan acara pembuka Kelas Inspirasi. Namun tentu pembuka acara yang kebanyakan begitu tapi tentu saja kita akan bersenang-senang di kelas. Terutama relawan inspirator yang memberikan inspirasi kepada para siswa untuk membangun dan berusaha mewujudkan cita-citanya.
Ada kak Azizah yang memberikan pemahaman anak-anak dengan profesinya sebagai salah atu karyawan perusahaan teknologi jaringan terkemuka di Indonesia.
Kak Adhit malah lebih menyenangkan dengan bermain bersama plastisin sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan prosesinya sebagai seorang geologist.
Nah kalau kak Septi kemana-mana bawa alat peraga berupa patung organ tubuh manusia yang dipinjam dari sekolahan. Maklum kan profesi kak Septi aadalah seorang Analis Kesehatan yang kerjanya tak jauh dari pemeriksaan kesehatan.
Sementara bu dosen Destriana memberikan materi tentang pendidikan Pancasila kepada anak-anak dengan cara yang unik dan menyenangkan.
Dan terakhir ada fasilitator yang mendadak jadi inspirastor, kak Novi yang dengan asyiknya membawa kamera beserta tripodnya. Untuk mengenalkan profesinya sebagai salah satu jurnasil media cetak di Pekalongan.
Wah seru-seru ya dan tentu kak Niken yang sibuk berkeliling sambil memegang kamera kesayangannya dengan case biru muda tosca nya. Menjepret dan mengabadikan momen selama Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1. Hingga akhirnya justru terkenal dengan sebutan dan kalimat legend Awas ada Bu Niken!
Nah kalau saya sendiri jangan ditanya lah soalnya saya bingung ngapain aja pas Hari Inspirasi di SDN Degayu 1. Tapi yang pasti hasilnya bisa dilihat aja langsung di video diatas ya. (Biar nebak apa yang saya lakukan wkwkwkwkw).
Wah kenapa saya tulis sub judul ini? Adakah yang tidak mau menebak? Ups. Ya yang mau menebak silahkan tebak dan yang gak mau nebak dak apa-apa. Karena yang penting kamu yang gak mau nebak dan yang mau nebak akan langsung membaca paragraf dibawah ini. Ups.
Kalimat di sub judul itu memang jadi salah satu trending di saat acara Kelas Inpirasi di SDN Degayu 1 terutama bagi relawan inspirator dan tentu anak-anak. Nah saya akan menceritakan sedikit yang saya tahu tentang asal usul kalimat legend tersebut tercipta.
Semuanya berawal saat jam pertama di kelas 1 dimana saat jam pertama biasanya para relawan akan membagikan nametag kepada siswa dan menuliskan nama serta cita-cita siswa tersebut (khusus kelas 1) kalau kelas 2 sampai kelas 6 biasanya yang bisa menulis sendiri dipersilahkan menuliskan sendiri.
Nah saat itu ada sedikit insiden dimana ada anak di kelas satu dana kelas dua yang digabung ribut. Dan salah satunya sampai nangis karena kalah dan dicemooh oleh temen-temannya. Tapi kak Niken langsung memisahkan dan menghentikan keributan tersebut.
Anak-anak pun langsung duduk ke tempat duduknya dan kak Niken langsung menenangkan anak yang nangis tersebut. Beruntung anak itu berhasil ditenangkan leh kak Niken dan langsung kembali duduk di bangkunya dana berbaikan dengan temannya yang ribut tadi.
Dan dengan muka yang sedikit nyeremin kak Niken pun mencba menenangkan anak-anak yang ribut tersebut agar tenang. Akhirnya kelas pun dilanjutkan oleh kak Destri yang kebagian jam pertama di kelas satu dan kelas 2.
Dan sejak saat itu para relawan pun kadang kalau anak-anak ramai langsung mengeluarkan kalimat legend Awas ada Bu Niken! dan anak-anak langsung diem. Apa lagi kalau kak Nikennya masuk ke ruang kelas (bayangin aja sendiri ya, he he he).
Anak-anak SDN Degayu 1 memang sangat aktif dan selalu antusias dengan inspirasi dari para relawan inspirator. Bahkan tak jarang mereka maju sampai ke depan kelas untuk mengetahui dan belajar lebih banyak dari para relawan inspirator.
Para relawan Inspirator memang memberikan inspirasi kepada anak-anak untuk membangun cita-citanya sedari kecil. Dan salah satu caranya yaitu dengan menuliskan cita-cita dan nama diatas stiker dan menempelkannya di backdrop cita-cita.
Memang banyak yang memilih cita-cita menjadi dokter, pemain sepakbola, polisi, tentara dan lainnya. Namun ada beberapa siswa yang memiliki cita-cita yang tak biasa.
Ada Arya, anak yang pendiam dan berkepribadian tenang ini memilih cita-cita tak biasa. Yakni ia ingin menjadi seorang Ustadz jika kelak sudah dewasa. Baginya menjadi Ustadz adalah sebuah bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara terutama kepada agama. (Wah semoga tercapai ya dek Arya)
Yuk kita dakan semoga cita-cita mulia dek Arya ini mampu terwujud. Dan mampu menjadi penerang serta pembimbing murid-muridnya untuk lebih mengenal Islam lebih mendalam. Aamiin.
Nah selain Arya ada juga Fadil. Berbeda dengan Arya Fadil memiliki kepribadian yang aktif dan ceria. Dan ia menuliskan Presiden menjadi cita-citanya kelak jika sudah dewasa. Bahkan saat ditanya kenapa ingin jadi presiden?
Fadil menjawab bahwa ia ingin seperti Jokowi yang meskipun orang bisa namun mampu menjadi seorang presiden. Ia pun suka dengan kesederhanaanya sang presiden RI ke 7 tersebut dan mengidolakan pak Jokowi.
Sehingga hal tersebut yang melatarbelakangi Fadil bercita-cita menjadi seorang Presiden yang memimpin negeri ini seperti pak Jokowi (Semoga tercapai ya dek Fadil).
Dan banyak lagi yang bercita-cita seperti menjadi koki, menjadi guru, menjadi artis dan yang lainnya. Mereka pun dengan semangat menempelkan kertas bintang bertuliskan cita-cita dan namanya di backdrop sebagai tanda deklarasi untuk mewujudkannya di masa mendatang. (Semoga semua cita-cita kalian bisa tercapai ya dek).
Nah kegiatan menempelkan bintang cita-cita tersebut pun mengakhiri Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 Pekalongan. Dan semoga inspirasi yang diberikan bermanfaat dan bisa menjadi pemicu untuk mewujudkan cita-citanya ya dek.
Dan akhirnya rangkaian kegiatan Kelas Inspirasi Pekalongan #2 di SDN Degayu 1 selesai dan sukses dilaksanakan. Meskipun ada beberapa catatan selama pelaksanaan tapi semuanya berjalan lancar dan seru.
Semua relawan pun memiliki kenangan tersendiri dengan SDN Degayu 1 terutama para dedek siswa yang masih emes-emes. Dan tentunya yang super aktif dan penuh semangat menerima inspirasi dari relawan inspirator.
Seperti biasa setelah acara selesai maka relawan akan kembali berkumpul dan melaksanakan refleksi atas kegiatan inspirasi di rimbel masing-masing. Serta memberi masukan untuk panitia dan pelaksanaan kegiatan inspirasi ini.
Namun disaat rombel lain sibuk bercerita tentang pengalaman menginspirasi di rombel sekolah mereka masing-masing. Kita malah sibuk bermain dengan plastisin. Ya sambil menunggu setiap rombel mengutarakan pengalamannya dan memberikan sebuah masukan untuk Kelas Inspirasi Pekalongan agar lebih baik.
Memang Plastisin tersebut lebihan dari media belajar yang digunakan kak Adhit untuk menerangkan profesinya sebagai seorang Geologist. Karena sisanya yang masih banyak maka beberapa kami mainkan terutama saat di homestay bersama Mamad Emes.
Dan mainan plastisin tersebut berlanjut di acara refleksi. Saya dan kak Septi sibuk membuat berbagai macam bentuk bunga dari plastisin dengan memanfaatkan sedotan aqua gelas yang sudah tak terpakai.
Ya daripada bosen menunggu rombel lain yang memberikan kesan dan pesan untuk Kelas Inspirasi Pekalongan. Karena rombel SDN Degayu 1 yang pertama menyampaikannya diwakili oleh ibu ketua Awas ada Bu Niken! Ups.
Dan ini dia hasil karya saya dan kak septi yang penuh drama dengan plastisin sisa dari kak Adhit. Cantik bukan bunga-bunganya dan kak septi malah bikin mirip eskrim banana boat wkwkwkwk.
Nah uniknya setelah acara semua selesai bunga tersebut ditinggal di meja dan saya pulang duluan. Eh tau-taunya bunga plastisin tersebut diminta sama salah satu fasilitator Kelas Inspirasi Pekalongan dan dibawa kerumah.
Katanya bagus dan cantik banget serta imut. Ia pun membawanya pulang setelah diberikan oleh kak Adhit dan kak Septi. Daripada ditinggal di meja kan sayang buah karya masterpiece plastisin yang penuh inspirasi tersebut.
Nah akhirnya kita pun berpisah dan pulang ke habitanya masing-masing eh maksudnya rumahnya masing-masing. Dimana Bu Niken dan Kak Novi yang asli Pekalongan, Kak Caca kembali ke Batang, Kak Aziza ke Purwokertonya, Kak Destri kembali ke Malang, Kak Adhit ke Bandung dan Saya kemana-mana. Eh maksudnya ke Brebes kota Telor asin.
Salam Inspirasi!
Oya tulisan ini masih ada temennya loh jadi tunggu sambungannya ya yang akan membahas siapa saja para relawan yang ada di balik Kelas Inspirasi Pekalongan 2 khusunya di SDN Degayu 1. Nanti kita akan kenalan satu persatu loh dan saya akan bahas tentang kakak-kaka relawan kecenya. Siapa tahu salah satunya jodoh kamu Ups.
Jadi tunggu ya lanjutannya disini. Jangan lupa subscribe dan tinggalkan komentar setelah baca artikel panjang ini ya. Dan kami tunggu kalian bergabung di Kelas Inspirasi selanjutnya.
Dan dengan begitu kak Caca menjadi satu-satunya fasil yang menghandle semua jalannya kegiatan Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 dari mulai jadwal mengajar, pengingat waktu, dan juga sebagai penghubung antara para relawan dan pihak guru serta sekolah.
Nah sementara kak Novi harus mendadak dangdut eh maksudnya mendadak jadi relawan inspirator di SDN Degayu 1. Pokoknya dadakan deh semuanya namun karena seorang jurnalis kak Novi akhirnya mampu mengatasi dan memeprsiapkan materi dadakan dan tentunya dibantu oleh kak Niken yang banyak memberikan saran. Termasuk tentang bagaimana metode mengajar yang bisa dilakukan oleh seorang jurnalis kepada anak-anak.
Sementara itu untuk videografer akhirnya karena ada dua fotografer yaitu saya dan kak Niken. Akhirnya kami putuskan bahwa saya yang mendadak jadi videografer sementara kak Niken tetap menjadi fotografer.
Namun karena kamera saya tak mendukung akhirnya kak Adhit meminjamkan kamera mirolles miliknya untuk digunakan sebagai alat dokumentasi videonya. Namun karena belum kenalan jauh dengan kamera kak Adhit yang merk dan bentuknya beda dengan kamera yang saya punya.
Hasilnya ya seperti video diatas banyak yang gelap dan goyang serta gak tajam gambarnya. Maklum videografer dadakan dengan kamera dadakan juga beda merk lagi. Maklum fotografer itu kalau sudah cocok sama satu merk kamera dia gak akan pindah ke merk lain dan setia banget lah. Jadi gak mau nih punya pasangan seorang fotografer? Ups (malah promosi).
Nah akhirnya setelah masalah tersebut selesai kita pun tinggal menyelesaikan pembuatan nametag bintang yang akan digunakan oleh 100an siswa SDN Degayu 1 Pekalongan. Selain itu malam itu pun PR banget guntingin stiker bintang yang akan digunakan untuk menulis cita-cita anak-anak dan menempelkannya di backdrop. (Lembur kita gaes, wkwkwk)
Dan akhinya semuanya istirahat setelah kak Septi dan kak Adhit datang sekitar jam 2 atau jam 3 an. Walaupun sebentar tapi kita harus semangat memberikan inspirasi kepada adek-adek gemes di SDN Degayu 1.
Keesokan Harinya...
Akhirnya kita pun naik motor dari homestay atau rumahnya kak Niken di pekalongan agak selatan menuju lokasi SDN Degayu 1 yang berada di Pekalongan Utara. Kita menggunakan 3 motor dan saling berboncengan dimana Kak Niken dengan kak Azizah, kak Novi dan kak Septi dan saya dengan kak Adhit. Sementara kak Caca dan kak Destri langsung menuju ke lokasi dari rumahnya masing-masing.
Ya setelah sampai kita seperti biasa disambut oleh guru-guru dan anak-anak yang masih baru pada datang. Setelah itu acara dibuka oleh perwakilan guru di hadapan para siswa yang dikumpulkan berbaris di halaman sekolah.
Dilanjutkan dengan perkenalan seluruh relawan dan ice breaking dengan Chicken Dances bersama semua siswa SDN Degayu 1 dan para relawan. Sebelum akhirnya semua masuk ke kelas masing-masing untuk menerima.
Ya memang itulah memang kebanyakan acara pembuka Kelas Inspirasi. Namun tentu pembuka acara yang kebanyakan begitu tapi tentu saja kita akan bersenang-senang di kelas. Terutama relawan inspirator yang memberikan inspirasi kepada para siswa untuk membangun dan berusaha mewujudkan cita-citanya.
Ada kak Azizah yang memberikan pemahaman anak-anak dengan profesinya sebagai salah atu karyawan perusahaan teknologi jaringan terkemuka di Indonesia.
Kak Adhit malah lebih menyenangkan dengan bermain bersama plastisin sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan prosesinya sebagai seorang geologist.
Nah kalau kak Septi kemana-mana bawa alat peraga berupa patung organ tubuh manusia yang dipinjam dari sekolahan. Maklum kan profesi kak Septi aadalah seorang Analis Kesehatan yang kerjanya tak jauh dari pemeriksaan kesehatan.
Sementara bu dosen Destriana memberikan materi tentang pendidikan Pancasila kepada anak-anak dengan cara yang unik dan menyenangkan.
Wah seru-seru ya dan tentu kak Niken yang sibuk berkeliling sambil memegang kamera kesayangannya dengan case biru muda tosca nya. Menjepret dan mengabadikan momen selama Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1. Hingga akhirnya justru terkenal dengan sebutan dan kalimat legend Awas ada Bu Niken!
Nah kalau saya sendiri jangan ditanya lah soalnya saya bingung ngapain aja pas Hari Inspirasi di SDN Degayu 1. Tapi yang pasti hasilnya bisa dilihat aja langsung di video diatas ya. (Biar nebak apa yang saya lakukan wkwkwkwkw).
Awas Ada Bu Niken!
Wah kenapa saya tulis sub judul ini? Adakah yang tidak mau menebak? Ups. Ya yang mau menebak silahkan tebak dan yang gak mau nebak dak apa-apa. Karena yang penting kamu yang gak mau nebak dan yang mau nebak akan langsung membaca paragraf dibawah ini. Ups.
Kalimat di sub judul itu memang jadi salah satu trending di saat acara Kelas Inpirasi di SDN Degayu 1 terutama bagi relawan inspirator dan tentu anak-anak. Nah saya akan menceritakan sedikit yang saya tahu tentang asal usul kalimat legend tersebut tercipta.
Semuanya berawal saat jam pertama di kelas 1 dimana saat jam pertama biasanya para relawan akan membagikan nametag kepada siswa dan menuliskan nama serta cita-cita siswa tersebut (khusus kelas 1) kalau kelas 2 sampai kelas 6 biasanya yang bisa menulis sendiri dipersilahkan menuliskan sendiri.
Nah saat itu ada sedikit insiden dimana ada anak di kelas satu dana kelas dua yang digabung ribut. Dan salah satunya sampai nangis karena kalah dan dicemooh oleh temen-temannya. Tapi kak Niken langsung memisahkan dan menghentikan keributan tersebut.
Anak-anak pun langsung duduk ke tempat duduknya dan kak Niken langsung menenangkan anak yang nangis tersebut. Beruntung anak itu berhasil ditenangkan leh kak Niken dan langsung kembali duduk di bangkunya dana berbaikan dengan temannya yang ribut tadi.
Dan dengan muka yang sedikit nyeremin kak Niken pun mencba menenangkan anak-anak yang ribut tersebut agar tenang. Akhirnya kelas pun dilanjutkan oleh kak Destri yang kebagian jam pertama di kelas satu dan kelas 2.
Dan sejak saat itu para relawan pun kadang kalau anak-anak ramai langsung mengeluarkan kalimat legend Awas ada Bu Niken! dan anak-anak langsung diem. Apa lagi kalau kak Nikennya masuk ke ruang kelas (bayangin aja sendiri ya, he he he).
Cita Citaku Jadi Ustadz, Kalau Aku Jadi Presiden
Anak-anak SDN Degayu 1 memang sangat aktif dan selalu antusias dengan inspirasi dari para relawan inspirator. Bahkan tak jarang mereka maju sampai ke depan kelas untuk mengetahui dan belajar lebih banyak dari para relawan inspirator.
Para relawan Inspirator memang memberikan inspirasi kepada anak-anak untuk membangun cita-citanya sedari kecil. Dan salah satu caranya yaitu dengan menuliskan cita-cita dan nama diatas stiker dan menempelkannya di backdrop cita-cita.
Memang banyak yang memilih cita-cita menjadi dokter, pemain sepakbola, polisi, tentara dan lainnya. Namun ada beberapa siswa yang memiliki cita-cita yang tak biasa.
Ada Arya, anak yang pendiam dan berkepribadian tenang ini memilih cita-cita tak biasa. Yakni ia ingin menjadi seorang Ustadz jika kelak sudah dewasa. Baginya menjadi Ustadz adalah sebuah bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara terutama kepada agama. (Wah semoga tercapai ya dek Arya)
Yuk kita dakan semoga cita-cita mulia dek Arya ini mampu terwujud. Dan mampu menjadi penerang serta pembimbing murid-muridnya untuk lebih mengenal Islam lebih mendalam. Aamiin.
Nah selain Arya ada juga Fadil. Berbeda dengan Arya Fadil memiliki kepribadian yang aktif dan ceria. Dan ia menuliskan Presiden menjadi cita-citanya kelak jika sudah dewasa. Bahkan saat ditanya kenapa ingin jadi presiden?
Fadil menjawab bahwa ia ingin seperti Jokowi yang meskipun orang bisa namun mampu menjadi seorang presiden. Ia pun suka dengan kesederhanaanya sang presiden RI ke 7 tersebut dan mengidolakan pak Jokowi.
Sehingga hal tersebut yang melatarbelakangi Fadil bercita-cita menjadi seorang Presiden yang memimpin negeri ini seperti pak Jokowi (Semoga tercapai ya dek Fadil).
Dan banyak lagi yang bercita-cita seperti menjadi koki, menjadi guru, menjadi artis dan yang lainnya. Mereka pun dengan semangat menempelkan kertas bintang bertuliskan cita-cita dan namanya di backdrop sebagai tanda deklarasi untuk mewujudkannya di masa mendatang. (Semoga semua cita-cita kalian bisa tercapai ya dek).
Nah kegiatan menempelkan bintang cita-cita tersebut pun mengakhiri Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 Pekalongan. Dan semoga inspirasi yang diberikan bermanfaat dan bisa menjadi pemicu untuk mewujudkan cita-citanya ya dek.
Plastisin dan Refleksi
Dan akhirnya rangkaian kegiatan Kelas Inspirasi Pekalongan #2 di SDN Degayu 1 selesai dan sukses dilaksanakan. Meskipun ada beberapa catatan selama pelaksanaan tapi semuanya berjalan lancar dan seru.
Semua relawan pun memiliki kenangan tersendiri dengan SDN Degayu 1 terutama para dedek siswa yang masih emes-emes. Dan tentunya yang super aktif dan penuh semangat menerima inspirasi dari relawan inspirator.
Seperti biasa setelah acara selesai maka relawan akan kembali berkumpul dan melaksanakan refleksi atas kegiatan inspirasi di rimbel masing-masing. Serta memberi masukan untuk panitia dan pelaksanaan kegiatan inspirasi ini.
Namun disaat rombel lain sibuk bercerita tentang pengalaman menginspirasi di rombel sekolah mereka masing-masing. Kita malah sibuk bermain dengan plastisin. Ya sambil menunggu setiap rombel mengutarakan pengalamannya dan memberikan sebuah masukan untuk Kelas Inspirasi Pekalongan agar lebih baik.
Memang Plastisin tersebut lebihan dari media belajar yang digunakan kak Adhit untuk menerangkan profesinya sebagai seorang Geologist. Karena sisanya yang masih banyak maka beberapa kami mainkan terutama saat di homestay bersama Mamad Emes.
Dan mainan plastisin tersebut berlanjut di acara refleksi. Saya dan kak Septi sibuk membuat berbagai macam bentuk bunga dari plastisin dengan memanfaatkan sedotan aqua gelas yang sudah tak terpakai.
Ya daripada bosen menunggu rombel lain yang memberikan kesan dan pesan untuk Kelas Inspirasi Pekalongan. Karena rombel SDN Degayu 1 yang pertama menyampaikannya diwakili oleh ibu ketua Awas ada Bu Niken! Ups.
Dan ini dia hasil karya saya dan kak septi yang penuh drama dengan plastisin sisa dari kak Adhit. Cantik bukan bunga-bunganya dan kak septi malah bikin mirip eskrim banana boat wkwkwkwk.
Nah uniknya setelah acara semua selesai bunga tersebut ditinggal di meja dan saya pulang duluan. Eh tau-taunya bunga plastisin tersebut diminta sama salah satu fasilitator Kelas Inspirasi Pekalongan dan dibawa kerumah.
Katanya bagus dan cantik banget serta imut. Ia pun membawanya pulang setelah diberikan oleh kak Adhit dan kak Septi. Daripada ditinggal di meja kan sayang buah karya masterpiece plastisin yang penuh inspirasi tersebut.
Nah akhirnya kita pun berpisah dan pulang ke habitanya masing-masing eh maksudnya rumahnya masing-masing. Dimana Bu Niken dan Kak Novi yang asli Pekalongan, Kak Caca kembali ke Batang, Kak Aziza ke Purwokertonya, Kak Destri kembali ke Malang, Kak Adhit ke Bandung dan Saya kemana-mana. Eh maksudnya ke Brebes kota Telor asin.
Salam Inspirasi!
Oya tulisan ini masih ada temennya loh jadi tunggu sambungannya ya yang akan membahas siapa saja para relawan yang ada di balik Kelas Inspirasi Pekalongan 2 khusunya di SDN Degayu 1. Nanti kita akan kenalan satu persatu loh dan saya akan bahas tentang kakak-kaka relawan kecenya. Siapa tahu salah satunya jodoh kamu Ups.
Jadi tunggu ya lanjutannya disini. Jangan lupa subscribe dan tinggalkan komentar setelah baca artikel panjang ini ya. Dan kami tunggu kalian bergabung di Kelas Inspirasi selanjutnya.
Get notifications from this blog