JL Story
Ngobrolin Dampak Perhutanan Sosial, Kaum Milenial Awas Salah Kaprah

Ngobrolin Dampak Perhutanan Sosial, Kaum Milenial Awas Salah Kaprah

Berbicara tentang hutan, ternyata sekarang ada yang namanya "Perhutanan Sosial" yang muncul dalam beberapa tahun terakhir. Tapi jangan salah sangka dulu ya jika perhutanan sosial ini adalah sebuah aplikasi atau games di media sosial yang bertema hutan. Pasti kebanyakan anak milenial berfikir seperti itu saat pertama kali mendengar kata kehutanan sosial (termasuk saya juga sih, ups).
Ngobrolin Hutan Sosial


Tapi ternyata kehutanan sosial ini malah beneran ada hutannya loh dan ditumbuhi tumbuhan pula. Lalu apa bedanya dengan hutan biasa? Nah ini nih kalau udah bicara mengenai perbedaan pasti bakalan panjang nih. Tapi saya buat singkat aja deh biar lebih praktis dan mudah dimengerti.

Jadi perbedaan keduanya itu adalah terletak pada siapa yang mengelolanya. Dimana hutan pada dasarnya dikelola oleh pemerintah sesuai dengan yang tercantum dalam UUD 1945 dimana tanah air dan segala kekayaannya dikuasai negara. Dan ini termasuk segala jenis pepohonan yang tumbuh dan membentuk sebuah hutan.

Sementara Perhutanan Sosial ini dikelola oleh masyarakat atau pihak tertentu yang telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk mengolah lahan hutan menjadi sesuatu yang baru dan lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pemanfaatanya bisa berupa pembukaan lahan untuk pertanian atau perkebunan dan juga dijadikan ecowisata yang ramah terhadap lingkungan.

Jadi jangan salah sangka ya perhutanan sosial itu bukan hutan-hutanan yang ada di media sosial atau sebuah game ya. Tetapi lebih kepada hutan yang dikelola oleh masyarakat yang sudah mendapatkan izin dari pemerintah untuk memanfaatkan lahan hutan tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan.

Nah, kebetulan pada beberapa hari lalu saya mengikuti sebuah acara menarik yang berbicara tentang hutan sosial. Acara tersebut bertema "Ngobrolin Hutan Sosial" yang memang sebagai acara yang santai namun memiliki bobot yang tinggi.

Buku tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dipimpin oleh Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Profesor Mudrajad Kuncoro dengan bekerjasama dengan 4 Universitas di Indonesia yakni Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Universitas Lampung (UNILA), Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM).

Mereka berhasil mengkaji dan meneliti tentang dampak dari Perhutanan Sosial dari segala aspek baik dari nilai ekonomi, sosial dan lingkungan. Yang akhirnya hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul "Dampak Perhutanan Sosial: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan" yang baru saja diluncurkan pada 15 April 2019 di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Acara ini terselenggara atas kerjasama dari  Kementrian Lingkungan Hidup dan Perhutanan Direktorat Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Hidup dan Forest Digest.

Dalam acara tersebut turut hadir Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Profesor Mudrajad Kuncoro selaku ketua tim penelitian, Wito Laros dari kemitraan, Nur Amalia dari Pokja Perhutanan Sosial, dan Hamzah yang mewakili Paguyuban Tani Sunda Hejo.

Ternyata uniknya meskipun buku tersebut baru diluncurkan tanggal 15 April 2019 lalu. Hasil penelitiannya telah melanglang buana dan mendapatkan beberapa penghargaan termasuk dari Universitas Oxford yang memberikan sebuah penghargaan sebagai Best Presenter Award.
penghargaan buku Dampak Perhutanan Sosial: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan

Tak hanya dari Oxford saja ternyata penghargaan lainnya pun didapat buku ini dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga memberikan penghargaan sebagai Best Paper untuk hasil penelitian tersebut yang memang sangat penting dan bermanfaat bagi Perhutanan Sosial di Indonesia.

Profesor Mudrajad Kuncoro telah bekerja keras untuk mengumpulkan data dari penelitian tentang Perhutanan Sosial yang mereka lakukan di dua daerah yakni di Yogyakarta (HKm di Gunung Kidul dan Kulonprogo) dan Lampung (HKm Tanggamus). Nah kalau yang bingung HKm itu apa sebenarnya ini adalah singkatan dari Hutan Kemasyarakatan dimana hutan tersebut dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat setelah mendapatkan izin dari pemerintah dan nama lain dari hutan sosial.

Ternyata pembukaan Perhutanan Sosial ini memiliki dampak yang cukup signifikan terutama untuk masyarakat di sekitar hutan tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Mudrajad Kuncoro dan tim menemukan beberapa dampak yang diciptakan dari adanya Perhutanan Sosial, yakni dampak ekonomi pada masyarakat sekitar, dampak sosial, serta dampak bagi lingkungan.

Dalam buku ini ternyata dengan adanya penerapan Perhutanan Sosial di kedua lokasi penelitian tersebut membawa dampak ekonomi masyarakat sekitar hutan yang lebih meningkat terutama bagi anggota paguyuban tani. 

Setelah mendapatkan izin HKm dari pemerintah maka anggota paguyuban tani tersebut mampu meningkatakan pendapatannya dengan menanam tanaman komoditas atau memanfaatkan lahan hutan untuk pariwisata.

Selain itu kehadiran pendamping juga sangat membantu paguyuban tani tersebut dalam mengelola lahan hutan agar lebih produktif dan mampu meningkatkan pendapatan. Tak hanya itu pendamping juga menjadi jembatan bagi petani dan pasar untuk menyalurkan hasil komoditas yang ditanam.

Tentunya dengan pembukaan HKm ini membuat masyarakat sekitar memiliki pendapatan yang pasti dari komoditas yang ditanam di lahan hutan tersebut.

Lalu dampak sosial yang ditemukan tim peneliti di lapangan setelah adanya izin HKm mampu menurunkan konflik yang terjadi antara polisi hutan dan masyarakat. Karena sebelum mendapatkan izin HKm untuk mengelola hutan. Masyarakat selalu dipandang sebagai pengganggu oleh polisi hutan yang berpatroli dan tak jarang terjadi konflik diantara keduanya.

Namun dengan izin HKm yang dimiliki oleh masyarakat atau kelompok tani tersebut membuat konflik keduanya semakin menurun karena kini masyarakat memiliki hak untuk mengelola hutan sesuai dengan aturan dari pemerintah.

Nah jika masyarakat dengan polisi hutan sudah memiliki hubungan yang harmonis maka bukan tak mungkin dampak lingkungan hutan akan terjaga terutama Perhutanan Sosial yang dikelola oleh masyarakat.

Karena baik masyarakt dan polisi hutan akan sama-sama menjaga hutan dari ancaman bencana, satwa liar yang mengganggu serta tindakan pencurian di hutan atau illegal loging yang memang sangat merusak lingkungan.

Tentunya ketiga dampak tersebut akan bernilai positif dan menguntungkan masyarakat serta tak merusak lingkungan jika dilakukan sesuai dengan tahapan yang sesuai dengan aturan dari pemerintah. Jadi masyarakat sejahtera dan lingkungan pun lestari memang menjadi tujuan tertingi dari adanya perhutanan sosial ini.

Nah itulah mungkin rangkuman yang saya pahami setelah mengikuti acara Ngobrolin Hutan Sosial yang diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Perhutanan Dirjen Perhutanan Sosial dan Pendampingan Lingkungan yang berkerja sama dengan Forest Digest.
Rumah Kopi Paguyuban Tani Sunda Hejo

Dalam acara tersebut juga menampilkan sebuah hasil produk dari Perhutanan Sosial yang berupa kopi yang sangat nikmat. Paguyuban Tani Sunda Hejo yang berasal dari Bandung selatan ini menjadi bukti bahwa Perhutanan Sosial mampu meningkatkan pendapatan masyarakat lewat pengelolaan hutan.

Paguyuban Tani Sunda Hejo ini menanam pohon kopi di area hutan dan merawatnya serta memprosesnya menjadi produk kopi unggulan di Jawa Barat. Dengan label Rumah Kopi paguyuban ini berhasil memasarkan produk kopi terbaik yang mereka hasilkan dari pengelolaan hutan tersebut.

Dan sepertinya Perhutanan Sosial memang menjadi solusi dari konflik masyakat dan pemerintah terutama di wilayah hutan. Dengan mengizinkan masyarakat mengelola hutan dengan pendampingan dari pemerintah memang menjadi cara jitu untuk tetap menjaga hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Karena pada dasarnya seluruh sumber daya alam yang ada di Indonesia ini memang harus digunakan untuk kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Nah jadi kaum milenial jangan salah kaprah ya tentang Perhutanan Sosial 
Kelas Inspirasi Pekalongan 2: Kelas Inspirasi ter-DRAMA dan seru!

Kelas Inspirasi Pekalongan 2: Kelas Inspirasi ter-DRAMA dan seru!

Kota Batik di Peklongan adik cantik kenapa sendirian, ups malah nyanyi. Maaf ya maklum karena kali ini saya akan menceritakan tentang Kelas Inspirasi di kota Pekalongan.
Relawan Kelas Inspirasi dan guru SDN Degayu 1

Pastinya sudah tahu kan apa ciri khas dari kota Pekalongan? Ya ada batik terus juga ada nasi Megono yang punya rasa khas dan unik. Hayo siapa yang sudah mencoba nasi Megono? Yang belum perlu nyoba nih kalau main ke Pekalongan.

Kalau begitu yuk kita lanjut ceritanya ke acara Kelas Inspirasi Pekalongan yang ke-2. Acaranya sendiri dilaksanakan pada tanggal 8 September 2018 dengan sehari sebelumnya diadakan Briefing di Kantor Dinas Pendidikan Pekalongan.

Seperti biasa saya dari Banjarharjo, Brebes yang merupakan ujung kulonnya Jawa Tengah berangkat ke Kota Batik menggunakan belalang tempur (a.k.a motor). Lama perjalanannya sendiri sekitar 3-4 jam an.

Dan di KI Pekalongan ini saya bergabung di rombel SDN Degayu 1 yang merupakan rombel yang asyik dan seru. Kelas Inspirasi Pekalongan sendiri merupakan Kelas Inspirasi ter-Drama yang pernah saya ikuti.

Kenapa begitu? Nah makanya jangan menyerah membaca tulisan saya ini ya biar tau kenapa Kelas Inspirasi Pekalongan menjadi kelas Inspirasi ter-Drama terutama di rombel SDN Degayu 1.

Rombel SDN Degayu sendiri dihuni oleh para veteran Kelas Inspirasi loh dan bahkan ada yang keranjingan ikut Kelas Inspirasi. Dimana setiap ada info pendaftaran KI di kota lain selalu daftar dan masalah diterima atau tidaknya itu belakangan. 

Memang sih KI itu bikin ketagihan loh ya gak? Kalau yang belum ikut ikut gih kapan-kapan jadi relawan inspirator atau relawan dokumentator. Biar tahu bagaimana rasanya ketagihan di KI dan siapa tahu ketemu jodoh. Ups.

Nah sampai sini saya bingung mau mulai ceritanya dari mana? Soalnya banyak banget yang harus saya ceritakan ini. Ada usul kah kamu. Iya kamu. Kamu yang lagi baca surat cinta eh tulisan ini maksudnya. Ups.

Oke dari pada bingung kita nonton video ini dulu ya sekalian menunggu saya dapat ide untuk melanjutkan tulisan ini. Selamat menonton ya kamu. Iya kamu.


Nah gimana udah ditonton sampai habis kan videonya? Nah itu adalah sekelumit tentang keseruan Kelas Inspirasi Pekalongan 2 di SDN Degayu 1 yang paling ter-Drama. Ada beberapa drama yang terjadi sejak awal Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 ini.

Mamad Emes


Selain brownis kopi buatan kak Septi yang rasanya enak, di rumah kak Niken yang akhirnya dijadikan homestay pun ada sesuatu yang emes. Awalnya pas Saya, Kak Niken, dan Kak Novi sampai di rumah kak Niken tiba-tiba ada anak kecil yang bukain pintu dengan girangnya.
Mamad Emes yang ngangenin

Ya girang karena kak Niken pulang, tapi anehnya ia tak jaim meskipun ada orang-orang asing (red. saya  dan kak Novi). Justru ia malah melambai-lambaikan tangan dengan semangat sambil berteriak "Sini sini sini masuk sini."

Bahkan tangan kak Novi langsung digandeng dan dibawa masuk ke dalam rumah lalu disuruh duduk. Tak lama ia pun berlari ke dalam kamarnya dan keluar lagi membawa sebuah buku dongeng bergambar.

Dan dengan semangat menceritakan isi buku tersebut kepada kita sambil terus tersenyum. Namanya Mamad di bocah bulet gemesin dan aktif banget. Pokoknya kalau ketemu pasti pengen nyubit pipinya dan meluk tuh. Pokoknya gemesin deh.

Bahkan kak Niken cerita kalau ada temannya yang dari Jepara ke Pekalongan dan pengen main ke rumah kak Niken hanya untuk bertemu dan bermain dengan Mamad (Wah udah punya fans nya ya nih anak kecil saya aja gak punya fans kalah deh sama Mamad).

Maklum karena tingkahnya yang aktif dan gak jaim sama orang baru serta gemesin dan cepat akrab membuat Mamad disukai banyak orang. Termasuk teman-temannya kak Niken yang pernah main ke rumahnya.

Pokoknya Mamad jadi hiburan deh setelah perjalanan panjang saya dari Brebes, kak Adhit Bandung, Kak Aziza Purwokerto, dan kak Septi dari Bali. Apalagi buat kak Niken yang baru pulang dari Semarang dan baru ketemu sama Mamad yang gemesin.

Drama Brownis


Siapa yang suka sama kue coklat manis ini? Saya juga suka loh rasanya itu loh melumer dan petcjah di mulut. Apalagi yang topingnya keju mozarella atau coklat tabur yang yummy banget deh pokoknya. Apalagi gratis pasti tambah yummy, ups. Hayoo ngaku aja deh soalnya orang Indonesia suka yang gratisan (include me).

Lalu apa hubungannya Brownis sama Kelas Inspirasi Pekalongan? Ya drama itu berawal dari brownis ini. Bisa dibilang brownis ini pintu nya untuk terjadinya drama-drama lainnya di Kelas Inspirasi Pekalongan 2 rombel SDN Degayu 1.

Ada seorang relawan inspirator yang berasal dari Bali namanya kak Septiani Puji L yang kalau dipanggil nengok. Ups. Nah kak Septi ini saat berangkat penuh drama banget nih. 
Kak Septiano Puji L dan drama brownis

Dari rencana mau naik pesawat dari Bali ke Semarang tapi gak jadi. Dan akhirnya jadinya naik angkutan darat dari Banyuwangi naik bus demi-demi dateng Briefing KI Pekalongan dan mengantarkan brownis spesial buatannya sendiri buat relawan rombel SDN Degayu 1. Wah so sweet ya.

Tapi hingga acara briefing KI Pekalongan 2 selesai brownis dan yang membawanya tak kunjung sampai. Usut punya usut ternyata kak Septi itu dari sudah sampai Solo dan lanjut naik bus ke Semarang lalu ke Pekalongan. Makanya perjalanannya jadi berkalikalilipat lebih lama.

Padahal sudah disarankan kalau sudah sampai Solo naik kereta yang ke Semarang lalu lanjut naik kereta lagi ke Pekalongan. Dan akhirnya brownis dan kak Septi sampai di Pekalongan sekitar jam 3 pagi di terminal Pekalongan. Satu jam setelah kedatangan kak Adhit dari bandung yang juga menggunakan bus malam.

Dan akhirnya brownis kopi ala kak Septi pun sampai di homestay walaupun kepagian datangnya. Dan cerita bahwa saat di Solo kak Septi kena calo bus yang harus bayar lebih mahal dari tiket aslinya. Kasihan ya kak Septi. Sabar ya kak yang penting bisa sampai di Pekalongan dan menginspirasi adek-adek gemes SDN Degayu 1.

Drama Relawan & Double Job


Nah sebelumnya di rombel SDN Degayu 1 terdapat tujuh orang relawan inspirator, dua relawan dokumentator dan dua fasilitator. Namun hingga hari H ternyata yang datang hanya 8 orang saja yaitu empat orang inspirator dua dokumentasi dan dua fasilitator. Dan sisanya mengundurkan diri karena ada kegiatan atau acara yang lain yang tak bisa ditinggalkan. 

Masalah pelik pun terjadi di homestay saat persiapan untuk Hari Inspirasi besoknya. Dimana relawan inspirator hanya tersisa 4 orang saja sementara ruang belajar ada 5 kelas dimana kelas satu dan kelas dua digabung.

Nah malam itu di homestay pun kita berembuk untuk dua masalah tersebut yaitu kekurangan relawan pengajar dan tak adanya videografer. Dan hasilnya kak Niken yang merupakan ketua rombel SDN Degayu 1 meminta bantuan kak Novi yang serang fasil untuk turun tangan menjadi relawan inspirator.
Kak Novia Rochmawati, Fasilitator yang mendadak jadi inspirator

Dan dengan begitu kak Caca menjadi satu-satunya fasil yang menghandle semua jalannya kegiatan Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 dari mulai jadwal mengajar, pengingat waktu, dan juga sebagai penghubung antara para relawan dan pihak guru serta sekolah.

Nah sementara kak Novi harus mendadak dangdut eh maksudnya mendadak jadi relawan inspirator di SDN Degayu 1. Pokoknya dadakan deh semuanya namun karena seorang jurnalis kak Novi akhirnya mampu mengatasi dan memeprsiapkan materi dadakan dan tentunya dibantu oleh kak Niken yang banyak memberikan saran. Termasuk tentang bagaimana metode mengajar yang bisa dilakukan oleh seorang jurnalis kepada anak-anak.

Sementara itu untuk videografer akhirnya karena ada dua fotografer yaitu saya dan kak Niken. Akhirnya kami putuskan bahwa saya yang mendadak jadi videografer sementara kak Niken tetap menjadi fotografer.

Namun karena kamera saya tak mendukung akhirnya kak Adhit meminjamkan kamera mirolles miliknya untuk digunakan sebagai alat dokumentasi videonya. Namun karena belum kenalan jauh dengan kamera kak Adhit yang merk dan bentuknya beda dengan kamera yang saya punya.

Hasilnya ya seperti video diatas banyak yang gelap dan goyang serta gak tajam gambarnya. Maklum videografer dadakan dengan kamera dadakan juga beda merk lagi. Maklum fotografer itu kalau sudah cocok sama satu merk kamera dia gak akan pindah ke merk lain dan setia banget lah. Jadi gak mau nih punya pasangan seorang fotografer? Ups (malah promosi).

Nah akhirnya setelah masalah tersebut selesai kita pun tinggal menyelesaikan pembuatan nametag bintang yang akan digunakan oleh 100an siswa SDN Degayu 1 Pekalongan. Selain itu malam itu pun PR banget guntingin stiker bintang yang akan digunakan untuk menulis cita-cita anak-anak dan menempelkannya di backdrop. (Lembur kita gaes, wkwkwk)
Hemestay sweet home sweet

Dan akhinya semuanya istirahat setelah kak Septi dan kak Adhit datang sekitar jam 2 atau jam 3 an. Walaupun sebentar tapi kita harus semangat memberikan inspirasi kepada adek-adek gemes di SDN Degayu 1.

Keesokan Harinya...


Akhirnya kita pun naik motor dari homestay atau rumahnya kak Niken di pekalongan agak selatan menuju lokasi SDN Degayu 1 yang berada di Pekalongan Utara. Kita menggunakan 3 motor dan saling berboncengan dimana Kak Niken dengan kak Azizah, kak Novi dan kak Septi dan saya dengan kak Adhit. Sementara kak Caca dan kak Destri langsung menuju ke lokasi dari rumahnya masing-masing.

Ya setelah sampai kita seperti biasa disambut oleh guru-guru dan anak-anak yang masih baru pada datang. Setelah itu acara dibuka oleh perwakilan guru di hadapan para siswa yang dikumpulkan berbaris di halaman sekolah.

Dilanjutkan dengan perkenalan seluruh relawan dan ice breaking dengan Chicken Dances bersama semua siswa SDN Degayu 1 dan para relawan. Sebelum akhirnya semua masuk ke kelas masing-masing untuk menerima.

Ya memang itulah memang kebanyakan acara pembuka Kelas Inspirasi. Namun tentu pembuka acara yang kebanyakan begitu tapi tentu saja kita akan bersenang-senang di kelas. Terutama relawan inspirator yang memberikan inspirasi kepada para siswa untuk membangun dan berusaha mewujudkan cita-citanya.

Ada kak Azizah yang memberikan pemahaman anak-anak dengan profesinya sebagai salah atu karyawan perusahaan teknologi jaringan terkemuka di Indonesia.
Kak Aziza sedang memberikan isnpirasi lewat media pemebelajaran

Kak Adhit malah lebih menyenangkan dengan bermain bersama plastisin sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan prosesinya sebagai seorang geologist.

Nah kalau kak Septi kemana-mana bawa alat peraga berupa patung organ tubuh manusia yang dipinjam dari sekolahan. Maklum kan profesi kak Septi aadalah seorang Analis Kesehatan yang kerjanya tak jauh dari pemeriksaan kesehatan.

Sementara bu dosen Destriana memberikan materi tentang pendidikan Pancasila kepada anak-anak dengan cara yang unik dan menyenangkan.
Kak Destriana sedang memberikan Inspirasi

Dan terakhir ada fasilitator yang mendadak jadi inspirastor, kak Novi yang dengan asyiknya membawa kamera beserta tripodnya. Untuk mengenalkan profesinya sebagai salah satu jurnasil media cetak di Pekalongan.

Wah seru-seru ya dan tentu kak Niken yang sibuk berkeliling sambil memegang kamera kesayangannya dengan case biru muda tosca nya. Menjepret dan mengabadikan momen selama Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1. Hingga akhirnya justru terkenal dengan sebutan dan kalimat legend Awas ada Bu Niken!

Nah kalau saya sendiri jangan ditanya lah soalnya saya bingung ngapain aja pas Hari Inspirasi di SDN Degayu 1. Tapi yang pasti hasilnya bisa dilihat aja langsung di video diatas ya. (Biar nebak apa yang saya lakukan wkwkwkwkw).

Awas Ada Bu Niken!


Wah kenapa saya tulis sub judul ini? Adakah yang tidak mau menebak? Ups. Ya yang mau menebak silahkan tebak dan yang gak mau nebak dak apa-apa. Karena yang penting kamu yang gak mau nebak dan yang mau nebak akan langsung membaca paragraf dibawah ini. Ups.

Kalimat di sub judul itu memang jadi salah satu trending di saat acara Kelas Inpirasi di SDN Degayu 1 terutama bagi relawan inspirator dan tentu anak-anak. Nah saya akan menceritakan sedikit yang saya tahu tentang asal usul kalimat legend tersebut tercipta.

Semuanya berawal saat jam pertama di kelas 1 dimana saat jam pertama biasanya para relawan akan membagikan nametag kepada siswa dan menuliskan nama serta cita-cita siswa tersebut (khusus kelas 1) kalau kelas 2 sampai kelas 6 biasanya yang bisa menulis sendiri dipersilahkan menuliskan sendiri.
Awas ada bu Niken!

Nah saat itu ada sedikit insiden dimana ada anak di kelas satu dana kelas dua yang digabung ribut. Dan salah satunya sampai nangis karena kalah dan dicemooh oleh temen-temannya. Tapi kak Niken langsung memisahkan dan menghentikan keributan tersebut.

Anak-anak pun langsung duduk ke tempat duduknya dan kak Niken langsung menenangkan anak yang nangis tersebut. Beruntung anak itu berhasil ditenangkan leh kak Niken dan langsung kembali duduk di bangkunya dana berbaikan dengan temannya yang ribut tadi.

Dan dengan muka yang sedikit nyeremin kak Niken pun mencba menenangkan anak-anak yang ribut tersebut agar tenang. Akhirnya kelas pun dilanjutkan oleh kak Destri yang kebagian jam pertama di kelas satu dan kelas 2.
AWAS! Ada Bu Niken! Ini

Dan sejak saat itu para relawan pun kadang kalau anak-anak ramai langsung mengeluarkan kalimat legend Awas ada Bu Niken! dan anak-anak langsung diem. Apa lagi kalau kak Nikennya masuk ke ruang kelas (bayangin aja sendiri ya, he he he).

Cita Citaku Jadi Ustadz, Kalau Aku Jadi Presiden


Anak-anak SDN Degayu 1 memang sangat aktif dan selalu antusias dengan inspirasi dari para relawan inspirator. Bahkan tak jarang mereka maju sampai ke depan kelas untuk mengetahui dan belajar lebih banyak dari para relawan inspirator.

Para relawan Inspirator memang memberikan  inspirasi kepada anak-anak untuk membangun cita-citanya sedari kecil. Dan salah satu caranya yaitu dengan menuliskan cita-cita dan nama diatas stiker dan menempelkannya di backdrop cita-cita.

Memang banyak yang memilih cita-cita menjadi dokter, pemain sepakbola, polisi, tentara dan lainnya. Namun ada beberapa siswa yang memiliki cita-cita yang tak biasa.

Ada Arya, anak yang pendiam dan berkepribadian tenang ini memilih cita-cita tak biasa. Yakni ia ingin menjadi seorang Ustadz jika kelak sudah dewasa. Baginya menjadi Ustadz adalah sebuah bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara terutama kepada agama. (Wah semoga tercapai ya dek Arya)
Dek Arya yang bercita-cita jadi Ustadz

Yuk kita dakan semoga cita-cita mulia dek Arya ini mampu terwujud. Dan mampu menjadi penerang serta pembimbing murid-muridnya untuk lebih mengenal Islam lebih mendalam. Aamiin.

Nah selain Arya ada juga Fadil. Berbeda dengan Arya Fadil memiliki kepribadian yang aktif dan ceria. Dan ia menuliskan Presiden menjadi cita-citanya kelak jika sudah dewasa. Bahkan saat ditanya kenapa ingin jadi presiden?
Fadil dan cita-citanya menjadi seorang Presiden

Fadil menjawab bahwa ia ingin seperti Jokowi yang meskipun orang bisa namun mampu menjadi seorang presiden. Ia pun suka dengan kesederhanaanya sang presiden RI ke 7 tersebut dan mengidolakan pak Jokowi.

Sehingga hal tersebut yang melatarbelakangi Fadil bercita-cita menjadi seorang Presiden yang memimpin negeri ini seperti pak Jokowi (Semoga tercapai ya dek Fadil).

Dan banyak lagi yang bercita-cita seperti menjadi koki, menjadi guru, menjadi artis dan yang lainnya.  Mereka pun dengan semangat menempelkan kertas bintang bertuliskan cita-cita dan namanya di backdrop sebagai tanda deklarasi untuk mewujudkannya di masa mendatang. (Semoga semua cita-cita kalian bisa tercapai ya dek).
Kelas Inspirasi Pekalongan #2 SDN Degayu 1 foto bersama

Nah kegiatan menempelkan bintang cita-cita tersebut pun mengakhiri Kelas Inspirasi di SDN Degayu 1 Pekalongan. Dan semoga inspirasi yang diberikan bermanfaat dan bisa menjadi pemicu untuk mewujudkan cita-citanya ya dek.

Plastisin dan Refleksi


Dan akhirnya rangkaian kegiatan Kelas Inspirasi Pekalongan #2 di SDN Degayu 1 selesai dan sukses dilaksanakan. Meskipun ada beberapa catatan selama pelaksanaan tapi semuanya berjalan lancar dan seru.

Semua relawan pun memiliki kenangan tersendiri dengan SDN Degayu 1 terutama para dedek siswa yang masih emes-emes. Dan tentunya yang super aktif dan penuh semangat menerima inspirasi dari relawan inspirator.

Seperti biasa setelah acara selesai maka relawan akan kembali berkumpul dan melaksanakan refleksi atas kegiatan inspirasi di rimbel masing-masing. Serta memberi masukan untuk panitia dan pelaksanaan kegiatan inspirasi ini.

Namun disaat rombel lain sibuk bercerita tentang pengalaman menginspirasi di rombel sekolah mereka masing-masing. Kita malah sibuk bermain dengan plastisin. Ya sambil menunggu setiap rombel mengutarakan pengalamannya dan memberikan sebuah masukan untuk Kelas Inspirasi Pekalongan agar lebih baik.
Sang Geologist, kak Adhitya Ari N sedang menginspirasi

Memang Plastisin tersebut lebihan dari media belajar yang digunakan kak Adhit untuk menerangkan profesinya sebagai seorang Geologist. Karena sisanya yang masih banyak maka beberapa kami mainkan terutama saat di homestay bersama Mamad Emes.

Dan mainan plastisin tersebut berlanjut di acara refleksi. Saya dan kak Septi sibuk membuat berbagai macam bentuk bunga dari plastisin dengan memanfaatkan sedotan aqua gelas yang sudah tak terpakai.

Ya daripada bosen menunggu rombel lain yang memberikan kesan dan pesan untuk Kelas Inspirasi Pekalongan. Karena rombel SDN Degayu 1 yang pertama menyampaikannya diwakili oleh ibu ketua Awas ada Bu Niken! Ups.

Dan ini dia hasil karya saya dan kak septi yang penuh drama dengan plastisin sisa dari kak Adhit. Cantik bukan bunga-bunganya dan kak septi malah bikin mirip eskrim banana boat wkwkwkwk.

Drama Plastisin di Refleksi Kelas Inspirasi Pekalongan #2
Nah uniknya setelah acara semua selesai bunga tersebut ditinggal di meja dan saya pulang duluan. Eh tau-taunya bunga plastisin tersebut diminta sama salah satu fasilitator Kelas Inspirasi Pekalongan dan dibawa kerumah.

Katanya bagus dan cantik banget serta imut. Ia pun membawanya pulang setelah diberikan oleh kak Adhit dan kak Septi. Daripada ditinggal di meja kan sayang buah karya masterpiece plastisin yang penuh inspirasi tersebut.

Nah akhirnya kita pun berpisah dan pulang ke habitanya masing-masing eh maksudnya rumahnya masing-masing. Dimana Bu Niken dan Kak Novi yang asli Pekalongan, Kak Caca kembali ke Batang, Kak Aziza ke Purwokertonya, Kak Destri kembali ke Malang, Kak Adhit ke Bandung dan Saya kemana-mana. Eh maksudnya ke Brebes kota Telor asin.

Salam Inspirasi!

Oya tulisan ini masih ada temennya loh jadi tunggu sambungannya ya yang akan membahas siapa saja para relawan yang ada di balik Kelas Inspirasi Pekalongan 2 khusunya di SDN Degayu 1. Nanti kita akan kenalan satu persatu loh dan saya akan bahas tentang kakak-kaka relawan kecenya. Siapa tahu salah satunya jodoh kamu Ups.

Jadi tunggu ya lanjutannya disini. Jangan lupa subscribe dan tinggalkan komentar setelah baca artikel panjang ini ya. Dan kami tunggu kalian bergabung di Kelas Inspirasi selanjutnya.

Kelas Inspirasi Brebes #3: Profil Kakak-Kaka Relawan Kece Rombel SDN Kalipucang

Kelas Inspirasi Brebes #3: Profil Kakak-Kaka Relawan Kece Rombel SDN Kalipucang

Setelah sebelumnya saya menulis tentang tragedi dan keseruan Hari Inspirasi di SDN Kalipucang dalam Kelas Inspirasi Brebes #3. Nah kali ini saya akan share siapa saja kakak-kakak relawan kece yang sudah ikutan gabung di Kelas Inspirasi Brebes #3 untuk rombel SDN Kalipucang.
Profil Relawan KI Brebes #3 SDN Kalipucang

Eit, tapi sebelumnya boleh lah sebelum baca artikel ini bisa baca keseruan dan tragedi Kelas Inspirasi Brebes #3 rombel SDN Kalipucang saat berada di homestay (Kelas Inspirasi Brebes #3: Penuh Tawa Di Homestay SDN Kalipucang) dan saat Hari Inspirasi di SDN Kalipucang (Kelas Inspirasi Brebes #3: Tragedi Pagi Dan Serunya Hari Inspirasi Di SDN Kalipucang)

Nah kalau sudah baca juga gak apa-apa kok baca lagi terus nanti maraton bacanya biar tuntas. Ya nonton drakor aja bisa marathon masa baca cerita Kelas Inspirasi Brebes #3 gak bisa marathon, ups.

Nah kalau gitu ayo kita lanjutin nih kenalan sama kakak-kakak relawan kece yang ikut berbagi inspirasi di Kelas Inspirasi Brebes #3 Rombel SDN Kalipucang. Oh iya kenapa kami panggil kakak-kakak karena kalau panggilnya bebeb atau ayang mbeb kak tar yang ada ditimpukin anak-anak pake cie cie cie. Ups. Jadi kita menggunakan panggilan kakak aja biar lebih deket sama adek-adek SDN Kalipucang hehehe (padahal gak penting bahas tentang panggilan, ups).

Nah sebelum kita kenalan saya akan menjelaskan sesuatu terlebih dahulu (jangan serius amat ya bacanya, ups). Jadi dalam Kelas Inspirasi itu ada 3 relawan berbeda dengan tugasnya masing-masing. Namun meskipun berbeda kita tetap bersatu karena Siapa kita? Indonesia (nah loh ini jargon bola kenapa ikutan nyempil).
Kakak-kakak Relawan Kece Kelas Inspirasi Brebes #3 SDN Kalipucang

Pertama ada relawan Panitia Lokal dan Fasilitator yang bertugas untuk men-create acara Kelas Inspirasi dan juga menjadi penghubung antara relawan lainnya dan sekolahan yang menjadi target Kelas Inspirasi. Nah biasanya orang-orang yang gabung menjadi relawan Panitia Lokal dan Fasilitator adalah orang-orang hebat yang domisilinya tak jauh dari tempat acara Kelas Inspirasi.

Kedua ada relawan Inspirator/Pengajar, nah relawan ini yang paling seru sebenarnya karena yang akan terjun secara langsung menangani anak-anak sekolah dasar selama sehari menjadi guru. Tapi bukan mengajar mata pelajaran Bahasa, Agama atau Matematika yang bikin kepala pusing tujuh keliling kaya baling-baling bambu Doraemon, ups. 

Karena relawan Inspirator ini akan mengajar dan memberi inspirasi tentang profesi yang digeluti sehari-hari dan menumbuhkan cita-cita anak-anak untuk bisa menjadi yang terbaik minimal mau mewujudkan cita-citanya.

Ketiga ada kakak-kakak kece relawan Dokumentator. Biasanya yang ikut mendaftar adalah orang-orang yang gak bisa lepas dari kamera nih. Kemana-mana baga kamera bergi kesana sama kamera dan pokoknya nempel terus tuh kamera. Tapi biasanya juga ini adalah orang-orang yang jadi korban meme "Motoin temen, Difotoin temen" (Benerkan, ups).

Nah tugasnya ya jepret-jepret selama acara berlangsung untuk mendokumentasikan momen Inspirasi dari awal sampai akhir. Tak hanya jepret-jepret ada juga yang mengambil gambar hidup (red. Video) yang bakalan diedit dengan cantik berpadu dengan momen unik, transisi, grafis, dan musik yang akhirnya berlabuh di situs video populer Youtube.

Nah mungkin itu penjelasannya tentang relawan yang ada di Kelas Inspirasi, ada yang mau ditanyakan? (Berasa kaya lagi ngajar depan kelas ini, ups). Kalau ada yang ditanyakan boleh komen di bawah ya dan kalau gak ada nanti jangan lupa komen juga di bawah setelah baca sampe habis artikel ini.

Baiklah kita langsung kenalan saja sama kakak-kakak relawan kece Kelas Inspirasi Brebes #3 SDN Kalipucang.

Relawan Panitia Lokal dan Fasilitator


Rombel SDN Kalipucang memiliki 3 relawan panlok dan fasilitator yang kami sebut "Trio Mata Empat". Ya karena tiga orang kece ini semuanya kompak mengenakan kacamata yang jika dilihat sama baik model dan desainsnya yang beda cuma lensanya aja ya maklum beda orang beda angka minus atau plusnya.
Profil Relawan Kelas Inspirasi Brebes #3 SDN Kalipucang  Giya Cik Miranda, Dwicky AJi Saputra, Siti Nur Fatikhatun Nisa

Nah baik kita segera kenalan yang pertama ada kak Giya Cik Miranda yang akrab dipanggil Giya. Dengan ciri khasnya outer berbahan jeans yang tak mau lepas kemanapun dan tentunya kacamata. Dan kak Giya ini seorang Freelance yang berdomisili dan asli Brebes.

Yang kedua ada kakak yang paling ganteng diantara 3 relawan fasilitator lainnya. Dia adalah kak Dwicky Aji Saputra yang dipanggil nengok (ups, ya iyalah kalau dipanggil nengok masa marah-marah. Tapi ini sesuai faktanya loh seperti yang dikatakan orangnya saat perkenalan he he he). Tapi kadang kita memanggilnya kak dtwenty (karena nama whatsapp nya begitu. 

Paling ganteng dan pake kacamata juga namun saat pertama kali bertemu di sangka perempuan karena foto profilnya foto keluarganya dimana kakak atau adeknya yang paling depan sementara kak dtwenty paling belakang (ya pantes disangka cewe apalagi namanya dtwenty kaya nama cewe, ups).

Sampai-sampai punya quote sakti karena insiden nama dan foto profil. "Foto Profil itu kadang menipu, Jadi jangan percaya sama Foto Profil" Quotes by Dwicky A S. Kak Dwicky ini bekerja di kota Semarang sebagai Cookhelper atau asistennya koki gitu. Tapi dia aslinya orang Brebes tulen loh asli Desa Pesantunan.

Nah yang ketiga ini ada kakak mahasiswa yang mengaku kalau difoto selalu senyum dan paling gampang dibuat ketawa loh. Namanya yang paling pajang diantara relawan yang lainnya loh, yaitu kak Siti Nur Fatikhatun Nisa

Tapi biasa kami panggil kak Nisa Saban (bukan sabyan ya) bukan karena mirip namanya Nisa tapi ia juga punya tahu lalat yang sama letaknya seperti Nisa Sabyan loh. Tapi bedanya Nisa Saban pake kacamata dan gampang senyum terus ketawa-ketawa dan kami sering requer nyanyi hmmmm sampai 1 jam ups tapi sampe sekarang belum di wujudkan sama sekali.

Relawan Inspirator/Pengajar


Selanjutnya ada 9 kakak-kakak Inspirator kece yang tergabung di rombel SDN Kalipucang pada KIB #3 ini. Nah langsung saja kita kenalan satu persatu dengan mereka ya.
Profil Relawan Kelas Inspirasi Brebes #3 SDN Kalipucang  Adi Irawan, Akhmad Irfai, Ika Sech Syarini

Pertama ada kak Adi Irawan yang paling pendiam diantara relawan lainnya. Berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah dan asli Jatibarang Brebes. Kak Adi menceritakan bagaimana serunya menjadi guru dan apa saja yang harus dilalui untuk menjadi seorang guru.

Kedua, ada kak Fai yang memiliki nama lengkap kak Akhmad Irfai yang merupakan relawan terjauh yakni berasal dari Jakarta. Kak Fai ini menerangkan kepada anak-anak SDN Kalipucang tentang profesinya sebagai NOC & LO. Nah ada yang tau profesinya kak Fai itu ngapain aja? Atau sama seperti saya yang baru dengar ada profesi seperti itu. Ups.

Nah kak Fai ini adalah orang-orang hebat yang mendampingi tamu atau peserta seminar atau acara besar. Bahkan tak jarang katanya mendampingi tamu dari luar negeri atau bule gitu. Dan terakhir usai ikut KIB #3 di SDN Kalipucang, Kak Fai langsung meluncur ke Jakarta dan ikut dalam bagian dari panitia Asians Games Agustus kemarin. Hebat ya!

Ketiga, setelah kak Fai dari Jakarta ada juga kak Ika yang tinggal di Bekasi yang merupakan tetangga kota Jakarta. Memiliki nama lengkap Ika Sech Syarini ini adalah seorang yang berprofesi sebagai ASN (nah apa lagi ini). ASN adalah singkatan dari Aparatur Sipil Negara atau karyawan negara yang bukan PNS. Jadi di KIB #3 SDN Kalipucang kak Ika berbagi tentang apa yang dilakukan seorang ASN dan memberikan motivasi.
Profil Relawan Kelas Inspirasi Brebes #3 SDN Kalipucang  Mohammad Imam Sunaryo, Nadiya Asfiyani, Rahman Sahrul Ardanu

Keempat, ada kak Mohammad Imam Sunaryo yang memiliki profesi sebagai seorang Manufactur yang berasal dari Tegal perbatasan Pemalang. Dengan bantuan boneka tangan bebek yang bernama Piko serta satu lagi boneka tangan berwarna biru mirip elmo (anak 90an pasti tau), kak Imam membagikan kisahnya sebagai seorang manufactur kepada anak-anak SDN Kalipucang.

Kelima, ada kak Nadiya Asfiyani yang memakai kacamata seperti "Trio Mata Empat" Fasil SDN Kalipucang. Kak Nad ini berasal dari Bojong, Tegal yang berprofesi sebagai Bankir yang tiap hari keluar masuk bank yang jadi kantornya (ya iya lah he he he). Kak Nad ini sangat enerjik dalam memberikan motivasi dan menceritakan profesinya kepada anak-anak.

Keenam, ada sorang Pengolah Data dan Olahragawan asal Brebes yang bernama Rahman Sahrul Ardanu panggil saja kak Rahman. Nah kak Rahman ini yang berhasil mencuri perhatian kelas lainnya saat mengajar. Karena ia menggunakan bumerang sebagai media pembelajaran. Maklum karena ia sendiri adalah atlit bumerang yang sering ikut turnamen bumerang.
Profil Relawan Kelas Inspirasi Brebes #3 SDN Kalipucang Robiyatun, Shima Setia Putri, Slamet Umi Maghfiroh

Ketujuh, Ada kak Robiyatun panggil saja kak Robi yang asli Cilacap namun berdomisili di Brebes. Nah kalau yang ini kebalikannya kak Dwicky yang disangka perempuan. Dimana karena menggunakan nama Robi kami menyangkan kakak Inspirator yang berprofesi sebagai Chef Rumah Sakit ini sebagai laki-laki. Namun karena foto profilnya foto sendiri jadi gak terlalu membuat salah kaprah seperti kak Dwicky. Kak Robi sendiri semangat dalam memperkenalkan profesinya sebagai Chef di Rumah Sakit kepada anak-anak.

Kedelapan, ada bu Bidan dari Pesantunan Brebes yaitu kak Shima Setia Putri. Kak Shima ini bahkan sampe dikerubutin anak-anak kelas 2 yang ingin bergantian mencoba memeriksa tekanan darah temannya dengan alat tensi darah. Selain itu kak Shima pun membawa beberapa peralatan yang bisa digunakan saat ia bekerja sebagai Bidan. Dan menerangkannya dengan seksama sembari memberikan motivasi kepada anak-anak untuk bisa mewujudkan cita-citanya.

Kesembilan, ada kak Slamet Umi Maghfiroh yang berasal dari Tanjung, Brebes. Kakak yang satu ini memberikan inspirasi kepada anak-anak tentang profesinya sebagai operator di salah satu pabrik di daerah pantura Brebes.

Nah itulah 9 relawan Inspirator/Pengajar yang memiliki satu tujuan yaitu memberikan dan membangung inspirasi untuk anak-anak Indonesia agar berusaha untuk menggapai cita-cita nya.

Relawan Dokumentator


Selanjutnya ada relawan Dokumentator yang selalu berduaan sama kamera nih dan memang jumlahnya juga dua orang he he he.
Profil Relawan Kelas Inspirasi Brebes #3 SDN Kalipucang Galuh Azhar, Jaenal Jalalludin

Pertama ada kak Galuh Azhar atau panggil saja kak Galazar. Seorang Fotografer dan Videografer asal Cirebon ini memang karyanya kece-kece abis. Apalagi foto-fotonya yang ciamik banget. Maklum kak Gal adalah salah satu fotografer keren yang tergabung dalam beberapa komunitas fotografi.

Di hari Inspirasi SDN Kalipucang kak gal bertindak sebagai videografer yang merekam semua momen unik selama acara berlangsung. Bahkan ada satu anak kelas 4 yang tak mau di foto maupun di video. Tapi hebatnya kak Gal berhasil mengambil video anak tersebut dnegan ekspresi gak mau di shoot dan sembunyi di balik pintu.

Kedua, Saya ya panggil saja saya kak JL (Jaenal Jalalludin) nah disini saya mengabadikan acara KIB #3 SDN Kalipucang lewat foto. Kalau dibandingin sama kak Gal foto-foto saya masih jauh pake banget apalagi ini adalah pertama kali saya ikut menjadi dokumentator Kelas Inspirasi. Kalau kak Gal kan udah senior di Kelas Inspirasi dan punya jam terbang tinggi.

Tapi saya jadi belajar banyak saat acara dari kak Gal terutama saat dokumentasi. Dan pengalaman ini membuat saya senang serta sebagai bahan pembelajaran saya untuk meningkatkan jam terbang sebagai fotografer amatir. Maklum saya masih amatir dan kamera aja baru punya sendiri satu tahun dan yang masih entry level (nah loh kok malah curcol).

Nah bagi yang mau mengenal saya bisa baca aja di halaman About Me di blog ini. Oya selain sebagai fotografer saya juga seorang blogger dan freelancer serta pembuat notebook handmade. Salam kenal semuanya, ups.

Oke jadi itulah beberapa kakak-kakak kece yang telah mensukseskan  Kelas Inspirasi Brebes #3 Rombel SDN Kalipucang. Kakak-kakak yang berbagi inspirasi untuk anak-anak Indonesia agar lebih semangat mengejar cita-citanya.

Kami sudah ikut Kelas Inspirasi, kamu kapan?
Catatan Kejadian Mencekam Di Camp Dan Summit Attack Gunung Ciremai Bareng Backbone Adventure Indonesia

Catatan Kejadian Mencekam Di Camp Dan Summit Attack Gunung Ciremai Bareng Backbone Adventure Indonesia

Salam kawan-kawan pendaki, Backbone! Maybek. Nah sekarang saya akan melanjutkan cerita keseruan mendaki gunung Ciremai bersama Backbone Adventure Indonesia. Oh iya yang barusan itu adalah yel-yel atau penanda yang dipakai Backbone Adventure Indonesia saat pendakian.
Puncak Ciremai 3078 mdpl

Jadi jika masing-masing team berjauhan untuk mengecek apakah masih dalam jangkauan maka kita harus meneriakkan dengan kencang Backbone! Dan team yang berada di belakang jika mendengar panggilan ini maka akan menjawab Maybek.

Namun jika tak ada jawaban makan itu pertanda jarak antara tim sudah lumayan jauh dan mau tak mau tim yang di depan harus menunggu sambil beristirahat. Hal ini penting karena untuk menjaga agar tak ada yang tersesat dan terpisah dari kelompok.

Nah kita akan mulai langsung ceritanya dari tempat camp ya kawan-kawan pendaki. Oya sebelumnya bagi yang belum baca cerita tentang keseruan pendakian dari basecamp Palutungan hingga ke tempat kami mendirikan tenda. Tak ada salahnya kalian baca terlebih dahulu Catatan Seru Penaklukkan Atap Jawa Barat, Gunung Ciremai Via Palutungan Bareng Backbone Adventure Indonesia

Nah jika sudah tahu keseruan perjalanan kami dari kaki gunung yang dijuluki Atap Jawa Barat ini hingga sampai di tempat basecamp yang berada diantara pos Pesanggrahan dan Sanghyang Ropoh. Keseruannya pendakian ini masih belum berakhir dan bakalan tambah seru.

Setelah istirahat sebentar dan membagi tenda, saatnya kita kembali mengisi kembali energi yang terbuang saat pendakian tadi. Sambil menunggu mba Epong Utami sang chef andalan Backbone Adventure Indonesia menyiapkan makan sore sekaligus rapelan makan malam.
Backbone Adventure Indonesia di camp

Kita dipimpin oleh sang presiden BBA Hovidin duduk melingkar untuk saling mengakrabkan diri. Sembari menghangatkan badan semuanya saling berkenalan ya istilahnya taaruf. Dimulai dari anggota pendaki perempuan ada kak Ainiyah dan kak Lichah dari Depok. Lalu dilanjutkan salah satu biang gula eh biang rame group Delta maksudnya he he he dia adalah kak Lia dari Serang yang punya jurus andalan s*nted saat dikomen krik krik krik.

Selanjutnya ada kak Meilyanan dari Kalideres, kak Rany dari Jakarta Timur dan dua kakak beradik kak Ima dan kak Ike yang kompak banget. Dan terakhir dan yang paling berjasa serta senior, chef BBA mba Epong Utami dari Cibubur yang dengan racikan tangannya membuat makanan-makanan sederhana namun enak banget.

Untuk pendaki laki-laki sendiri lumayan banyak yang berasal dari 3 daerah, yaitu Jabodetabek, Kuningan dan Brebes. Nah sepertinya kita mulai kenalkan dari yang jauh dulu ya dari Jabodetabek ada dua orang yang mirip tapi bukan mirip karena kembar apalagi mukanya beda jauh. Tapi namanya yang mirip kaya adik kakak dan kadang kita sering ketuker manggilnya. Ya dia adalah kak Fajar dan kak Fajri yang menjadi saksi mata tragedi mencekam di camp.

Ada kak Topan (Pancoran) yang juga mengajak adiknya yang masih duduk di bangku SMA, Roy ikut pendakian Ciremai ini. Namun Roy serig jadi bahan candaanya kak Imam yang kadang memanggilnya Roy Kyosi dan diminta untuk menerawang. Ya memang begitulah kak Imam yang dari Kwitang Jakarta Pusat.

Lalu ada Kak Afif asal Daan Mogot Jakarta Barat yang sterong banget bawa dua carrier besar padahal treknya menanjak. Selain itu kak Afif juga menjadi tim yang mencari spot untuk mendirikan tenda di antara pos Pasanggrahan.

Ada pak Presiden BBA, Hovidin yang juga mengajak sepupu istrinya yang berada di Kuningan yaitu kak Ferdi. Namun sayang rencana untuk naik bareng mengajak ibu Presiden Lina tidak jadi karena sedang berbunga-bunga diberi amanah untuk menanti dedek kyut-kyut BBA Junior. Wah Alhamdulillah ya. Dan terakhir ada saya dan Tambrin yang berasal dari Brebes, nah kalau penasaran pengen tau siapa saya bisa baca aja halaman About ya. He he he.

Setelah selesai taaruf kita melanjutkan untuk briefing persiapan Summit Attack 3078 mdpl. Bersamaan dengan udara dingin yang mulai menusuk menembus lapisan jaket. Kita sepakat untuk melakukan Summit Attack pada jam 1 malam berangkat dari camp.

Dan akhirnya hidangan makanan nasi, mie goreng, telur orak-arik, dan mie kuah ditambah sosis ala chef Epong telah jadi dan siap disantap. Kita pun langsung bergerak menyerbu hidangan untuk mengisi perut yang sudah konser keroncongan dan menghangatkan tubuh dari dinginnya udara di ketinggian 2000 mdpl.

Kita pun harus sepiring bertiga karena keterbatasan peralatan makan yang tersedia. Namun meski begitu semuanya terasa nikmat dan penuh kehangatan. Namun saat akan memakan mie kuah sosis ternyata kak Imam malah menambahkan kuah air yang terlalu banyak. Jadinya ya rasanya anyep dan dingin karena bumbunya kurang.

Saat akan menambahkan garam ternyata kenyataan yang menyedihkan terungkap dimana tim konsumsi lupa membeli garam dapur dan yang ada hanya penyedap rasa. Seperti pepatah tak ada akar rotan pun jadi eh kebalik ya, he he he. Akhirnya soup over air itu pun ditambahkan penyedap rasa. Dan saat dimakan wah rasanya berubah drastis. Mie sosisnya berubah rasa dari anyep menjadi rasa sapi. Walaupun rasanya aneh namun satu baskom kecil mie sosis tersebut habis juga. Maklum anak gunung memang begitu selalu menghargai makanan walaupun makanan itu rasanya aneh dan ajaib. He he he.

Usai makan malam tak lupa kita pun melaksanakan shalat Maghrib dan Isya sebelum istirahat mengumpulkan tenaga untuk Summit Attack malam nanti. Namun chef Epong masih bertugas bersama kak Ima untuk memasak nasi dan lauk persiapan Summit Attack.

Dan pak Presiden BBA menyuruh saya bersama kak Fajar dan kak Fajri untuk menemani sekaligus menuntaskan misi menggantungkan makanan dan sampah sebelum akhirnya istirahat. Memang sebelumnya kita mendapat peringatan dari Ranger Taman Nasional Gunung Ciremai untuk menggantungkan makanan dan sampah sebelum tidur. Hal tersebut untuk menghindari serangan babi hutan yang kadang berkeliaran di dekat camp yang kami tempati.

Oleh karena itu kami bertiga bertugas memastikan semua makanan dan bahan makanan serta peralatan makan dan sampah aman dari jangkauan babi hutan sekaligus menemani dan membantu chef Epong dan kak Ima memasak.

Kita memasak tofu, sosis bakar yang digoreng, nuget dan nasi untuk sarapan dan makan siang besok. Sambil ditemani coklat hangat untuk melawan dinginnya Ciremai, satu persatu lauk tersebut selesai dimasak. Dan terakhir saatnya memasak nasi, namun karena lama maka kita secara bertahap menggantungkan beberapa peralatan masak yang sudah tak digunakan lagi.
Sambil nunggu Nasi mateng tim foto bareng langit bintang Ciremai

Tak hanya itu kami pun menyempatkan foto bersama langit yang penuh bintang di camp meskipun terhalang pepohonan. Namun langit cerah penuh bintang tetap terlihat. Sayangnya dari beberapa foto yang dilakukan ternyata hampir semuanya tak begitu jelas muka kita berlima. Maklum karena kita harus jadi seperti manekin atau diam tak bergerak selama 30 detik utnuk mendapatkan foto bintang yang jelas di kamera.

Namun begitu kegiatan foto ini sedikit membuat kami mampu melawan dinginnya malam itu sambil mengisi waktu menunggu nasi yang tak matang-matang. Dan akhirnya sekitar setengah sembilan malam nasi pun matang. Kita pun langsung mengamankan nasi dan lauk dengan hammock yang diikatkan didekat tenda.

Sementara itu pohon yang tak jauh dari camp kami menjadi sasaran kami menitipkan barang-barang seperti kompor dan peralatan masak lainnya serta bahan makanan agar tak mengundang babi hutang datang ke camp kami. Dan terakhir kami sampah pun tak lupa kami ikatkan diatas pohon yang jauh dari jangkauan babi hutan. Setelah itu tepat jam 9 malam kita semua masuk ke tenda masing-masing untuk beristirahat.

Namun ini bukanlah akhir keseruan malam itu tapi malah sebuah awal menegangkan yang terjadi. Setelah memakai Sleeping Bag dan mematikan headlamp, saya mencoba memejamkan mata. Namun lima menit kemudian suara mengerikan itu terdengar.

Jelas sekali di bawah jurang suara babi hutan terdengar seperti sedang berebut sesuatu. Dan saya pun tak bisa memejamkan mata dengan tenang. Bahkan kak Fajri dan kak Fajar berkata dari dalam tenda sebelah ada babi setelah mendengar suara itu.

Tak lama tanah bergetar dan terdapat suara langkah seperti ada pendaki lain yang lewat. Namun yang aneh tak ada cahaya dari sorotan headlamp. Suasana mencekam tersebut semakin menjadi saat kak Fajar dan kak Fajri keluar tenda dan memanggil saya dari luar dengan suara minta tolong kalau kak Ike kumat lagi.

Akhirnya tanpa pikir panjang saya langsung keluar tenda dan melihat kak Fajri sedang mengambil Al Qur'an untuk membacakan surat Ya-Sin. Dan memang saat itu keadaan begitu mencekam karena kak Ike kembali ketempelan dan teriak-teriak.

Akhirnya saya pun ikut membacakan surat Ya-Sin di dekat tenda ka Ike yang sedang dibantu pendaki perempuan lainnya di dalam tenda untuk segera sadar. Saat itu pak Presiden BBA, Hovidin pun keluar dari tenda dan melihat kondisi malam mencekam itu.

Dan akhirnya kak Fajar beserta kak Fajri dan pak Presiden BBA berinisiatif untuk mengambil kompor dan membuat minuman hangat untuk membantu recovery kak Ike. Sementara saya masih membaca surah Ya-Sin di depan tenda kak Ike.

Ditengah kepanikan tersebut babi hutan malah menghampiri kak Fajar dan yang lainnya saat sedang mengambil kompor diatas pohon. Kak Fajri pun langsung mengambil tracking pol untuk mengusir babi hutan tersebut. Tapi apa daya kokohnya tracking pol runtuh hanya dengan suara babi hutan yang keras akhirnya kak Fajri lari meninggalkan kak Fajar yang masih nagkring diatas pohon.

Tak lama kemudian babi hutan tersebut pun berjalan di belakang tenda camp kami dan saya yang saat itu sedang membaca surah Ya-Sin pun melihat dua cahaya mata dari sela-sela tenda kak Ike yang memang ternyata itu adalah babi hutan yang lewat. Kak Fajar dan kak Fajri pun berlalu ke dekat tenda perempuan sambil menyorotkan headlamp kearah bawah treking. Dan ternyata terlihatlah babi hutan betina yang sangat besar sedang berjalan menuruni treking yang membentuk seperti tangga.

Besarnya lebih besar dari domba dan lebih kecil dari kerbau, tapi anehnya babi tersebut tak takut dengan sorotan headlamp yang terang. Ia justru berjalan santai menuruni treking tersebut. Dan akhirnya kompor pun berhasil di dapat dan kita segera membuat air panas untuk menghangatkan kak Ike yang sudah mulai sadar. Dan alhamdulillah kak Ike muntah-muntah saat dibacakan surat Ya-Sin dan berangsur-angsur sadar.

Dan akhirnya air hangat pun siap dan kak Ike sudah sadar namun masih perlu recovery sambil diperdengarkan murottal. Sementara itu babi hutan besar tersebut telah pergi menjauh dan tak lama beberapa pendaki pun terlihat turun dari atas. Kami pun memberi peringatan untuk berhati-hati karena ada babi hutan besar yang barusan ke bawah.

Akhirnya ketegangan malam itu pun berakhir dan kita semua kembali masuk ke tenda masing-masing untuk beristirahat. Namun sekitar 15 menit setelah itu suara langkah kaki kembali terasa dan untungnya itu bukan suara langkah babi karena ada headlamp dan obrolan diantara pendaki yang sudah berangkat untuk melakukan Summit Attack pada jam 11 malam.

Setelah insiden babi hutan tersebut, saya tak bisa tidur dengan tenang karena khawatir ia kembali lagi dan menyeruduk tenda kami terutama tenda yang saya tempati bersama kak Imam dan Roy. Sudah gitu tenda kami paling dekat dengan hammock makanan yang digantung jadi menambah ngeri kalau babi hutan tau makanan di hammock itu.

Sekitar jam 12 Roy bangun dan saya pun menceritakan kejadian menegangkan yang barusan terjadi. Dan setelah jam setengah satu beberapa pendaki perempuan pun mulai bangun. Saya pun mencoba membangunkan semuanya untuk siap-siap Summit Attack.

Sekitar jam 1 kita pun berdoa bersama dan memulai pendakian untuk Summit Attack menaklukkan 3078 mdpl Ciremai ditengah udara malam yang dingin dan gelap gulita. Namun Kak Imam tak ikut karena merasa kurang enak badan dan kedinginan.

Pos 6 - Pos 7 Sanghyang Ropoh (2.850 mdpl)


Setelah berjalan sekitar 30 menit melewati trek yang menanjak dan berdebu kami pun sampai di pos 7 Sanghyang Ropoh, di pos ini pun beberapa tenda pendaki lainnya masih berdiri. Namun hanya beberapa saja yang terisi karena kebanyakan mereka juga sedang melakukan Summit Attack.

Kami pun langsung melanjutkan perjalanan setelah break beberapa saat di dekat pos tersebut. Namun saat itu kak Lia merasa kedinginan dan tak kuat untuk melanjutkan perjalanan Summit Attack. Akhirnya diputuskan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan saat perjalan maka kak Lia akhirnya diantar kembali ke camp oleh kak Topan dan kak Sidiq.

Sementara kami  melanjutkan perjalanan menuju pos 8 Goa Walet yang didominasi trek yang menanjak dan berdebu.

Pos 7 - Pos 8 Goa Walet (2.950 mdpl)


Setelah dari Pos Sanghyang Ropoh trek mulai semakin curam dan berdebu. Bahkan treking hampir tak ada pohon dimana kita bisa melihat langit cerah penuh bintang diatas Gunung Ciremai. Tak hanya itu kita pun bisa melihat lampu-lampu kota Majalengka dan Kuningan yang gemerlap.
Bintang Gunung Ciremai Jalur Pos 7 Sanghyang Ropoh ke Pos 8 Goa Walet

Namun di trek ini mulai padat oleh pendaki lain yang juga akan melakukan Summit Attack. Bahkan di beberapa titik kita harus tertahan dan berhenti karena macet oleh banyaknya pendaki yang melakukan Summit Attack.

Terlebih di pertengahan jalur ini terdapat simpang Apuy dimana merupakan jalur pertemuan antara jalur pendakian Apuy dari Majalengka dan jalur Palutungan dari Kuningan. Dan itu membuat jalur pendakian menuju pos 8 Goa Walet padat merayap. 

Terlebih lagi trek yang curam dan berdebu serta bebatuan memaksa kita untuk berjalan hati-hati agar tak tergelincir dan membahayakan pendaki di bawah kita. Waktu tempuh pun menjadi dua kali lipatnya. Maklum saat itu kita naik pada tanggal 18 Agustus dimana pada tanggal itu memang sedang libur panjang. Sehingga banyak yang melakukan pendakian untuk mengisi waktu libur panjang sekaligus memanfaatkan mommen 17 Agustus untuk berfoto di puncak gunung.

Sekitar jam 3 angin dingin subuh mulai terasa dingin menusuk masuk kedalam jaket yang berlapis-lapis. Beberapa kak Ainiyah dan kak Mely harus di kawal karena sudah semakin kelelahan dan tertinggal cukup jauh dari rombongan utama.

Saya sendiri berada diantara rombongan utama dan tim sweeping karena saya membawa suplay air dan makanan ringan. Selain saya terdapat dua suplay air lagi dalam rombongan Summit Attack dimana salah satunya berada bersama tim sweeping dan satu lagi bersama tim di depan.

Dan akhirnya adzan Subuh terdengar dari kaki gunung dan langit gelap pun berangsur mulai berubah warna semakin terang. Dan 15 menit kemudian akhirnya seluruh tim sampai di pos 8 dan kami langsung melaksanakan shalat Subuh berjamaah di atas bebatuan.

Setelah berkumpul semua kami pun menyalakan kompor dan membuat air hangat untuk menghangatkan tubuh. Namun suhu dingin memang tak mampu membuat kekuatan api kompor portabel kurang terasa. Bahkan harus memegang apinya dulu baru terasa hangat.
Sun Rise dari Pos Goa Walet Gunung Ciremai
Di ketinggian 2.950 mdpl ini memang suhu sangat rendah terlebih lagi angin berhembus lumayan membuat hawa dingin tersebut menusuk-nusuk hinga ke tulang. Dan setelah warna jingga mulai muncul di horison yang sangat indah.

Setelah beristirahat selama kurang lebih 15 menit kami pun langsung melakukan Summit Attack untuk menggapai puncak 3078 mdpl atap Jawa Barat, Gunung Ciremai.

Pos 8 - Puncak (Summit Attack 3.078 mdpl)


Nah Summit Attack ini memang memiliki trek yang sangat curam dan berbatu serta berdebu. Kita harus hati-hati untuk melangkah agar tak terpeleset dan terjatuh. Apalagi sampe jatuh hati wah bisa berabe itu loh. He he he.
Summit Attack dengan jalur yang curam gunung Ciremai
Namun setelah 30 menit mendaki akhirnya sampai juga di pucak tertinggi atap Jawa Barat Gunung Ciremai.3.078 mdpl. Di puncak gunung Ciremai ini terdapat dua kawan yaitu kawah barat dan kawah timur. 

Karena jalur Palutungan dan Apoy berada di sebelah barat puncak Ciremai, jadi kita tak bisa menikmati Sunrise dari puncak Ciremai. Namun jika ingin menikmati sunrise harusnya naik gunung Ciremai lewat jalur Lingarjati Cirebon.

Tapi untuk jalur Palutungan dan Apuy lebih cocok untuk berburu Sunset karena spotnya yang sangat keren. Terlebih lagi pemandangan yang bersih diatas awan pasti membuat foto sunset nya menjadi dramatis dan keren banget.
Mentari pagi di kawah gunung Ciremai
Berada di puncak Ciremai tak kami sia-siakan, beberapa jepretan kamera pun berhasil mengabadikan moment tersebut. Meskipun sebelumnya meraskan lelah yang teramat dalam pendakian. Semua lelah tersebut seketika hilang oleh keindahan dari puncak atap Jawa Barat ini.

Tak lupa foto bersama wajib sebagai dokumentasi perjalanan pendakian Gunung Ciremai. Tak hanya itu banyak yang memanfaatkan berada di Puncak Ciremai ini untuk memotret pesan untuk teman-temannya yang kebanyakan pesanan.
Puncak Ciremai 3078 mdpl
Namun ketika saya ingin menulis pesan untuk seseorang diatas puncak, ternyata saya tak kuat. Tapi tak kuat bukan karena saya masih sendiri ya tapi karena angin yang berhembus membawa hawa dingin yang membuat tangan ini menggigil dan susah untuk menulis. Ya lagian juga bingung sih mau nulis nama siapa di pesannya he he he.

Tapi yang penting tulisan ditengah menggigilnya tangan tersebut saya telah berjuang dan menghasilkan tulisan "Dapat Salam dari Mt Ciremai" walaupun bentuknya kaya tulisan saya saat masih duduk di kelas 1 sekolah dasar. Kalau kata orang mah kaya ceker ayam, tapi ceker ayam pun jadi enak kalau sama mie ayam dan jadi mie ayam ceker (wah malah kemana-mana ini he he he).

Setelah puas berfoto dan menjepret pesan titipan teman-teman dan orang terkasih. Akhirnya kita memutuskan untuk turun. Karena kita mengejar waktu untuk pulang dimana hari senin harus sudah berada di tempat kerja.
Gunung Slamet dilihat dari puncak Ciremai 3078 mdpl
Ternyata turun gunung itu lebih berbahaya dari pada saat naik. Meski cepat namun harus ekstra hati-hati memilih langkah, karena salah langkah bisa-bisa terpeleset dan gelinding ke bawah. Apalagi treknya adalah jalan berpasir yang licin. Bahkan baru turun dari puncak ke pos 8 saja sepatu saya jebolnya sudah nambah jadi 40% dari yang tadinya cuma 10%.

Selain itu turun gunung memang lebih singkat dari naik gunung namun beban tubuh yang bertumpu di betis dan paha membuat kedua pegal di kedua nya. namun ada trik untuk meminimalisir rasa pegal tersebut. Tapi memang diakhirnya tetap pegal tersebut akan menyerang dan parah. Tapi setidaknya pas turun gunung mampu berjalan jauh.

Sekitar jam 7 an kita mulai turun dari Puncak dan sampai di camp sekitar jam 11 siang. Namun karena sedikit yang bawa air ternyata membuat perjalanan turun ini lebih lama karena suplay air pun sedikit dan hampir sebagaian besar sudah habis.

Sehingga membuat langkah turun dari puncak sedikit lambat karena kekurangan air. Apalagi hari yang mulai panas membuat tubuh rawan dehidrasi. Hal ini karena kita berada di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl yang berarti lebih dekat dengan matahari dan panasnya begitu terasa.

Namun akhirnya sekitar setengah 12 siang semua tim sudah berkumpul di camp dan bersiap-siap untuk merapihkan tenda dan packing pulang. Selama setengah jam akhirnya packing selesai dan diakhiri dengan makan siang bersama dengan lauk terkahir yang dimasak pada malam hari sebelum tragedi babi hutan dan kak Ike terjadi.

Kak Lia dan kak Imam yang gagal ikut Summit Attack ke punca Ciremai dengan senang hati memasakkan air hangan dan lauk tambahan untuk para pendaki BBA yang baru kembali dari Summit Attack. Hampir rata-rata kehausan dan kekurangan suplay makanan karena memang saat di pos 8 kita tak jadi sarapan disana dan hanya memakan nuget serta minum air dan makan biskuit.

Nampak sekali muka-muka lelah dan berdebu dari para pendaki yang Summit Attack nampak jelas. Dan setelah istirahat sebentar akhirnya mereka mulai packing setelah makan siang bareng. Setelah packing selesai dan membereskan sampah-sampah yang ada di sekitar bekas camp kita akhirnya kita akan melanjutkan perjalanan turun gunung dengan target maghrib sudah berada di basecamp Palutungan.

Saya pun turun duluan bersama kak Imam yang kebelet buang air besar dan ingin segera sampai di pos 1. Dari tempat camp kita hingga ke pos Tanjakan Asoy hampir tak berhenti dan terus turun sambil setengah berlari. Pertama memang saya tak bisa mengimbangi kak Imam yang larinya lumayan cepat. 

Namun akhirnya saya mampu mengimbangi langkah stelah beberapa kali berhenti untuk minum. Dan di pos 4 Arban baru kami berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga. Tentunya sambil berbincang dengan pendaki lain yang sedang menunggu temannya turun dari Summit Attack.
Kak Imam Gagal Summit Attack Tapi masih tetap bahagia

Sebagai pembalasan gak ikut Summit Attack kak Imam minta di fotoin di setiap pos saat turun gunung. Dan saya pun jadi ikut-ikutan deh minta di foto di setiap pos saat turun. Namun sayang di pos Pasanggrahan dan Pos Tanjakan Asoy tak foto. Namun kak Imam malah minta di fotoin dan video pas gelantungan di akar pohon diantara pos Tanjakan Asoy dan Arban.

Saat gelantungan itu malah kepergok sama pendaki lain yang baru naik. Tapi bukanya malu eh malah pendaki itu diajakin nyoba gelantungan kaya tarzan di akar pohon dan minta saya videoin. Kak Imam emang ada-ada saja tuh ya mungkin sebagai balasan gagal Summit Attack karena kedinginan.
Pos Arban Turun Gunung dan Pendaki yang gagal Summit Attack Ciremai

Pas di pos Pangguyangan Badak kita bertemu dengan Ferdi yang ternyata juga turun cepat karena kebelet. Maklum mereka turun cepat karena mengejar ke toilet yang hanya ada di pos 1 Cigowong. Akhirnya setelah dua jam turun sampai juga di pos satu dan kak Imam serta kak Ferdi langsung menuju toilet untuk menuntaskan sesuatu yang tertahan selama masih di atas.

Sekitar jam 2 siang kita sampai di pos Cigowong dan tak lupa kita pun melaksanakan shat Dzuhur sambil istirahat menunggu yang lain. Tak lama kemudian rombongan kedua sampai yang terdiri dari kak Fajri, kak Ima dan Kak Ike. Sambil istirahat dan menunggu yang lain semuanya berkumpul dan memesan makanan di warung pos Cigowong ini.

Namun setelah beristirahat hampir setengah jam akhirnya kak Imam, saya dan kak Ferdi memulai perjalanan turun dari pos Cigowong ke basecamp karena lama-lama istirahat terasa semakin dingin. Tadinya mau bareng turun tapi ternyata kak Fajri, kak Ima dan kak Ike masih ingin beristirahat setelah tak turun tak berhenti-henti hingga pos Cigowong.

Akhirnya kita bertiga pun turun duluan karena sudah terasa dingin dan ingin segera mandi di basecamp. Namun saat seperempat perjalanan, kak Ferdi lupa bahwa jaketnya ketinggalan di mushala. Akhirnya ia balik lagi ke Pos Cigowong untuk mengambil jaketnya yang ketinggalan di mushala.

Dan saat turun ini kak Imam malah jalannya mundur karena kalau maju secara teknis terasa sakit di bagian paha. Namun jika mundur maka sakit di paha itu akan terkurangi bebannya menjadi 50% saja. Tapi betis akan lebih sakit saat berjalan mundur begitu pun dengan leher yang terus menengok jadi pegal.

Saya sendiri tetap berjalan maju saja sambil menuruni trek yang berdebu. dan tak memaksakan untuk mengimbangi kak Imam yang semangat banget turun. Banyak pendaki yang merasa heran dengan kelakuan kak Imam yang berjalan mundur. Ya jelas turun gunung kok ngadepnya keatas kan aneh, tapi ya saya bilang aja itu pahanya kesakitan jadi jalannya gitu biar gak terasa sakit.

Akhirnya saat sampai pintu gerbang pendakian palutungan bertepatan dengan adzan Ashar yang berkumandang. Dan disini kita istirahat lumayan lama sekitar 15 menit dan tentu saja foto-foto dulu sebagai kenang-kenangan.
Gerbang Jalur Palutungan Gunung Ciremai

Setelah itu baru melanjutkan berjalanan turun ke base camp yang jaraknya tinggal sekitar 1km lagi. Namun dalam 1 km tersebut kaki saya sudah tak bisa kompromi lagi terlabih rasa sakit di kedua paha yang semakin menjadi.

Al hasil kak Imam jauh di depan dan saya masih berjalan santai di belakang. Sampainya di pemukiman saya langsung menuju Masjid untuk istirahat sebentar dan melaksanakan shalat Ashar. Tadinya sih mau sekalian mandi tapi ternyata kamar mandinya nagantri panjang. Jadi ya cuma shalat Ashar dan istirahat sekitar 15 menitan, setelah itu langsung turun ke basecamp.

Sementara kak Imam sedang asyik menikmati bakso di salah satu warung di dekat base camp. Dan sudah bersama kak Ferdi yang juga sudah sampai ternyata di basecamp. Saya pun langsung memesan bakso untuk menghangatkan tubuh sekaligus mengisi ulang energi sambil menunggu teman-teman BBA lainnya turun. 

Kita sendiri sampai di basecamp sekitar jam 4 kurang 15 menit, sementara semua tim BBA berkumpul semua di basecamp Palutungan saat adzan Maghrib. Dan Pak Presiden BBA, Hovidin langsung ke basecamp untuk laporan dan mendapatkan sertifikat dari Taman Nasional Gunung Ciremai karena sudah  melakukan pendakian yang ramah lingkungan.

Selain itu kita pun dapat jatah makan satu bungkus untuk masing-masing orang dari basecamp Palutungan. Dan setelah bersih-bersih serta mandi akhirnya kami pulang dimana satu mobil pulang ke rumah istrinya pak Presiden Hovidin yang menjadi titik temu rombongan. Sementara dua mobil lainnya langsung meluncur ke Jakarta untuk mengejar sampai sebelum tengah malam agar senin bisa pada masuk kerja.

Dan akhirnya adzan Isya kami sampai di rumah istri Pak Presiden BBA Hovidin di Kuningan. Untuk mengambil motor dan beres-beres sebelum pulang ke Brebes. Tepat jam setengah 8 malam saya dan Tambrin pun pamit untuk pulang ke Brebes mengunakan sepeda motor.

Memang jarak tempuhnya tak begitu jauh sekitar 2 jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Namun karena rasa lelah yang menyerang dan membawa sepeda motor di malam hari dengan penerangan minim. Bahkan saya tak merasa sedang menyetir sepeda motor atau tak sadar hingga sampai Ciledug. Setelah itu baru sadar untuk tak mengalami hal yang buruk selain itu jalanan yang tak rata membuat kantuk dari lelah sedikit tertahan.

Dan alhamdulillah sekitar jam setengah 10 malam saya sampai di rumah dengan selamat. Dan Ciremai masih menyisakan cerita dan pengalaman yang luar biasa terutama bersama teman-teman Backbone Adventure Indonesia (BBA) yang luar biasa.

Jadi kapan kita ngetrip bareng lagi nih gaes?