Catatan Seru Penaklukkan Atap Jawa Barat, Gunung Ciremai Via Palutungan Bareng Backbone Adventure Indonesia
Kata orang jika kita ingin megetahui karakter yang sesungguhnya dari seseorang, maka ajaklah dia untuk hiking bareng atau naik gunung bareng.
Nah makanya banyak yang mengajak sahabat, teman bahkan pacar naik gunung untuk mengetahui karakter aslinya. Ya bagaimana tidak disaat lelah, bete, dan serba kekurangan di gunung tentu akan membuat sifat asli manusia akan terlihat.
Eit, tapi disini saya bukan mau membahas tentang itu ya. Karena saya akan berbagi catatan pendakian pertama saya menaklukkan gunung Ciremai bersama BBA (Backbone Adventure Indonesia).
Gunung Ciremai ini berada diantara 3 kabupaten yakni Kuningan, Cirebon dan Majalengka. Dan gunung yang sering disebut atap Jawa Barat ini memiliki ketinggian 3078 mdpl dan masih termasuk dalam kawasan TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai).
Pemberangkatan
Dibawah bendera Backbone Adventure Indonesia (BBA) pendakian kami dimulai pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2018. Ada dua rombongan yaitu dari Jakarta dan dari Brebes.
Kebetulan karena saya dan Tambrin berasal dari Brebes, maka kami berangkat ke Kuningan menggunakan sepeda motor. Sementara 18 orang lainnya berangkat dari Jakarta menggunakan 3 mobil terpisah dan kami ketemuan di rumah mba Lina yang juga salah satu anggota BBA.
Kami pun beristirahat semalam di rumah mba Lina sambil mempersiapkan packing serta bahan-bahan perlengkapan dan bahan-bahan makanan. Keesokan paginya, ba'da Subuh langsung berangkat ke Basecamp Palutungan yang kurang lebih ditempuh dalam waktu satu jam.
FYI, Gunung Ciremai sendiri memiliki 3 jalur pendakian yaitu jalur Palutungan, Apuy, dan Linggarjati. Namun kami memilih jalur Palutungan untuk menaklukkan Ciremai (Cinta, Rela Mati Demi Dia, Ups, jangan baper donk) karena jalurnya lebih mudah dan juga lebih dekat dari metting poin kami di rumahnya mba Lina.
Sekitar jam 6.30 kita sudah sampai di basecamp Palutungan dan udara angin pagi yang dingin langsung menerpa setiap jengkal kulit. Bahkan saya langsung memaki jaket, sarung tangan, dan bandana di leher untuk melawan dinginnya pagi itu.
Setelah melakukan pendaftaran Simaksis secara kolektif dengan membayar 50 ribu rupiah per orang dan sarapan Surabi serta Papais. Kita pun berdoa bersama untuk kelancaran pendakian gunung Ciremai bersama BBA.
Akhirnya dengan menenteng tas carrier 50 L yang penuh terisi barang-barang serta matras dan aqua botol di setiap sampingnya. Tak ketinggalan tas kamera yang saya kalungkan di depan menjadi saksi perjalanan pendakian pertama saya. Dalam hati, Akhirnya kesampean juga naik gunung. (maklum baru kali ini bisa ikut karena sebelum-sebelumnya selalu gagal).
Dalam pendakian di Ciremai ini kami beranggotakan 21 orang dimana 1 asal Kuningan, 2 asal Brebes dan sisanya dari Jakarta. Kami pun membagi menjadi 3 tim dimana tim terdepan, tengah dan belakang (sweeping). Saya pun masuk tim depan yang kami sebut tim Alpha. Sementara tim tengah menyebut mereka tim Delta yang punya ciri khas "Krik, Krik, Krik" serta tagline "Bocah Ngapa Ya?"
Mulai Pendakian
Untuk menaklukkan Gunung Ciremai melewati jalur pendakian Palutungan, kita harus melewati 8 pos untuk sampai ke puncak 3078MDPL Ciremai. Yaitu Pos 1 Cigowong, Paos 2 Kuta, Pos 3 Pangguyangan Badak, Pos 4 Arban, Pos 5 Tanjakan Asoy, Pos 6 Pasanggrahan, Pos 7 Sang Hyang Ropoh dan Pos 8 Goa Walet.
Setelah itu tak jauh dari Pos Goa Walet kita akan langsung melakukan Summit Attack untuk menaklukkan Ciremai (Cinta Rela Mati Demi Dia, ups.. kalau ada yang punya singkatan yang lebih baper komen dibawah ya).
Basecamp Palutungan (1.100 mdpl) - Pos 1 Cigowong (1.450 mdpl)
Dari basecamp Palutungan kita akan mengawali pendakian dengan melewati rumah-rumah warga dengan jalanan menanjak, lalu kebun-kebun warga hingga sampailah di gerbang jalur pendakian Palutungan yang ditandai dengan sebuah pos dan gerbang berhiaskan patung lutung di atasnya dan tulisan Selamat Datang Di Jalur Pendakian Palutungan.
Mulai melewati patung tersebut jalur pendakian semakin curam dan berdebu, jadi harus pakai masker atau bandana ya untuk menutup mulut dan hidung. Apalagi bagi yang punya riwayat penyakit asma biar asmanya tidak kambuh dan membuat dada sesak seperti mblo yang terus sendiri, ups.
Dari Basecamp Palutungan ke Pos 1 Cogowong hanya ada dua tanjakan curam yang harus diperhatikan dan selebihnya treknya masih landai dan tak begitu curam. Namun jarak antara basecamp dan Pos 1 yang lumayan jauh ini kami tempuh dalam waktu kurang lebih selama 2,5 jam.
Di Pos 1 Cigowong ini pula merupakan sumber air terakhir dalam jalur pendakian Palutungan. Maka dari itu di sini kami beristirahat sebentar sambil membuka bekal makan siang dan mengisi ulang persediaan air.
Air isi ulang di pos Cigowong ini sangat dingin seperti mengambil air dari lemari es. Makanya teman-teman kami menamainya Air Dewa. Karena memang lebih menyegarkan dari pada air yang kami beli di minimarket.
Setelah beristirahat selama 15 menit untuk makan siang dan mengisi ulang persediaan air kami melanjutkan perjalanan ke pos 2.
Pos 1 Cigowong - Pos 2 Kuta (1.575 mdpl)
Dari Cigowong ke Kuta jaraknya sangat dekat, namun trek yang terus menanjak membuat perjalanan kami sedikit melambat. Untuk menggapai pos Kuta kami tempuh dalam waktu sekitar 30 menit.
Pos Kuta sendiri tidak bisa dijadikan tempat camping karena berada di tengah jalur pendakian. Hanya ada tulisan Pos Kuta di pohon yang berada diantara dua jalur pendakian. Namun di pos ini kita masih bisa beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke pos 3.
Pos 2 - Pos 3 Pangguyangan Badak (1.800 mdpl)
Dari Pos 2 menuju Pos 3 ini memiliki trek yang tak begitu curam. Meskipun ada beberapa tanjakan namun lebih didominasi trek yang landai sehingga jarak tempuh bisa sedikit cepat. Sekitar 1 jam waktu yang kami butuhkan untuk sampai di pos 3 ini dari pos Kuta.
Tidak seperti perjalanan menuju Pos 1 yang didominasi pohon cemara. Trek ke pos 3 ini di dominasi oleh rimbunnya pepohonan yang besar-besar. dan jalanan yang didominasi akar-akar pohon yang membentuk tangga.
Di pos ini pula jargon tim Delta tercipta, namun entah apa penyebab utamanya namun yang saya tangkap dari depan (tim Alfa). Semua itu berawal dari lemparan-lemparan kata-kata baper yang tak direspon, muncullah jargon Krik krik krik ditambah tawa.
Dan satu hal lagi kadang jargon tersebut diakhiri dengan teriakan Bocah Ngapa Ya. Yang asal usulnya dari beberapa pendaki yang membawa speaker portabel sedang memutar lagu milik salah satu band Indonesia ini.
Tapi walaupun menyakitkan bagi yang terkena jargon tersebut. Satu hal yang pasti dengan adanya jargon itu mampu membuat kelelahan menjadi tawa dan kembali semangat. Dan akhirnya sampai juga di pos 3 Arban.
Sesampainya di Pos 3 ini terdapat area yang luas untuk mendirikan tenda namun biasanya pendaki jarang yang mendirikan tenda di pos ini kecuali di pos selanjutnya telah penuh. Tempatnya yang luas dan pepohonan yang rimbun cocok untuk mendirikan tenda disini. Namun saat kami lewat hanya ada beberapa pendaki saja yang mendirikan tenda di pos ini.
Di pos ini pula jargon tim Delta tercipta, namun entah apa penyebab utamanya namun yang saya tangkap dari depan (tim Alfa). Semua itu berawal dari lemparan-lemparan kata-kata baper yang tak direspon, muncullah jargon Krik krik krik ditambah tawa.
Dan satu hal lagi kadang jargon tersebut diakhiri dengan teriakan Bocah Ngapa Ya. Yang asal usulnya dari beberapa pendaki yang membawa speaker portabel sedang memutar lagu milik salah satu band Indonesia ini.
Tapi walaupun menyakitkan bagi yang terkena jargon tersebut. Satu hal yang pasti dengan adanya jargon itu mampu membuat kelelahan menjadi tawa dan kembali semangat. Dan akhirnya sampai juga di pos 3 Arban.
Sesampainya di Pos 3 ini terdapat area yang luas untuk mendirikan tenda namun biasanya pendaki jarang yang mendirikan tenda di pos ini kecuali di pos selanjutnya telah penuh. Tempatnya yang luas dan pepohonan yang rimbun cocok untuk mendirikan tenda disini. Namun saat kami lewat hanya ada beberapa pendaki saja yang mendirikan tenda di pos ini.
Pos 3 - Pos 4 Arban (2.050 mdpl)
Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 Arban ini terdapat sebuah cerita yang sedikit membuat perjalanan tim terhenti beberapa saat. Bukan karena trek yang memang didominasi dengan beberapa tanjakan. Tapi karena salah satu anggota BBA ada yang diganggu oleh makhluk halus.
Saat itu tim alfa dan delta sedang istirahat di shelter antara pos 4 dan pos 5. Akhirnya mendengar kabar itu maka kami dan ketua tim pendakian Kak Hovidin langsung turun kembali ke pos 4 untuk melihat kondisi anggota BBA tersebut. Namun beberapa pendaki perempuan beserta dua anggota pendaki laki-laki tetap berada di shelter tersebut.
Setelah sampai di pos Arban Kak Ike yang diganggu makhluk halus sedang ditolong pendaki lain yang ngecamp di pos ini. Menurut pengakuan dari teman kami yang melihat langsung kejadian itu, katanya kak Ike keluar dari jalur dan terus berjalan ke semak-semak.
Tim terakhir (sweeping) pun berteriak memanggilnya untuk kembali tetapi tidak direspon. Akhirnya coba dikejar dan dihentikan namun tetap masih terus semakin naik. Akhirnya setelah ditarik dua orang kak Ike pun berhasil dihentikan dan langsung dibawa ke pos 4 dan ditolong oleh beberapa pendaki.
Sambil menunggu recovery kak Ike yang ditemani beberapa anggota tim. Kami melanjutkan pendakian sekaligus untuk mencari tempat camping karena saat itu menunjukkan jam 1 siang.
Tim terakhir (sweeping) pun berteriak memanggilnya untuk kembali tetapi tidak direspon. Akhirnya coba dikejar dan dihentikan namun tetap masih terus semakin naik. Akhirnya setelah ditarik dua orang kak Ike pun berhasil dihentikan dan langsung dibawa ke pos 4 dan ditolong oleh beberapa pendaki.
Sambil menunggu recovery kak Ike yang ditemani beberapa anggota tim. Kami melanjutkan pendakian sekaligus untuk mencari tempat camping karena saat itu menunjukkan jam 1 siang.
Pos 4 - Pos 5 Tanjakan Asoy (2.200 mdpl)
Kejadian di pos 4 membuat perjalanan kami sedikit lebih lambat karena berusaha untuk tak terpecah terlalu jauh dengan tim di belakang. Dan akhirnya sampai di Pos Tanjakan Asoy sekitar jam dua siang.
Di pos ini sudah penuh dengan para pendaki lain yang mendirikan tenda. Akhirnya setelah beberapa saat istirahat kami melanjutkan perjalanan kembali ke pos berikutnya dengan disambut tanjakan yang asoy banget. (Ekstrim deh pokoknya mah namanya juga tanjakan asoy).
Pos 5 - Pos 6 Pasanggrahan (2.450 mdpl)
Trek menuju pos pasanggrahan memang didominasi tanjakan-tanjakan curam terutama saat memulai perjalanan dari pos Tanjakan Asoy. Bahkan untuk melewatinya kita harus berpegangan pada akar-akar pohon atau rumput yang kuat tumbuh di pinggir trek.
Dan tentu harus menjaga diri sendiri untuk berhati-hati agar tidak terpeleset atau salah langkah karena bisa membuat anggota tim yang lain kerepotan. Akhirnya setelah berjuang hampir 1 jam sampai juga di pos Pasanggrahan.
Kami pun mencari tempat untuk mendirikan tenda sebelum malam tiba. Namun banyaknya para pendaki membuat lahan di Pos Pasanggrahan hampir penuh dan hanya menyisakan spot untuk 2 sampai 3 tenda. Padahal kami membutuhkan sekitar 6 tenda untuk mengakomodir 21 anggota pendakian BBA Ciremai.
Akhirnya dua orang kembali naik keatas untuk mencari spot baru untuk mendirikan tenda. Sementara kami beristirahat sejenak di pos Pasanggrahan sambil menikmati harumnya masakan tempe goreng dari pendaki lain (Jangan dibayangin di rumah ya, soalnya kalau di gunung makanan apapun sangat berguna termasuk cuma bau tempe goreng, ups).
Tak lama kemudian dua anggota kami pun kembali dan telah menemukan spot untuk mendirikan tenda. Kami pun langsung kembali bergerak ke lokasi untuk segera mendirikan tenda dan istirahat. Terlebih lagi banyak diantara anggota BBA yang mulai kedinginan dan terlihat capek.
Tempat kami mendirikan tenda beradatak jauh dari pos Pasanggrahan. Lokasinya memang kecil dan tak seluas pos Pasanggrahan. Namun kita bisa mendirikan 6 tenda di lokasi itu namun harus sabar menanti kakak-kakak pendaki dari Jakarta yang sedang berkemas-kemas untuk turun gunung.
Selama menunggu tersebut kita istirahat dan mencoba mendirikan satu tenda terlebih dahulu untuk istirahat para pendaki perempuan. Dan akhirnya sekitar jam 4 tenda kami sudah berdiri semua dan anggota tim juga sudah berkumpul semua termasuk kak Ike yang sempat diganggu makhluk halus.
Kita pun langsung melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar yang di jamak. Selepas itu kita istirahat dan ishoma untuk memulihkan tenaga. Tentu saja masak untuk makan malam sambil bercengkrama untuk mengusir hawa dingin yang mulai menyergap badan.
Nah sebenarnya keseruan mendaki gunung Ciremai (Cinta Resah Sama Kamu Lagi, ups) baru dimulai sejak mendirikan tenda di lokasi tersebut. Penasaran keseruan apa yang terjadi di lokasi tempat kami ngecamp tersebut dan bagaimana tim BBA menggapai puncak hingga kembali turun ke basecamp?
Tunggu postingan selanjutnya ya. Soalnya kalau dilanjutin panjang banget nanti kamu bacanya sambil Ciremai lagi (Cicing (sunda, diam), Resah dan Mata Berair) hehehe. Jadi jangan lupa baca part 2 nya ya soalnya sayang jika sudah baca ini gak dilanjutin ke part 2 yang penuh epic banget.
Nah ini dia lanjutan dari cerita seru pendakian Gunung Ciremai 3078mdpl langsung aja klik dan baca lanjutannya ya. Yang pasti ceritanya makin seru dan mencekam loh gak kalah sama film The Nun (Valak), ups. Langsung aja baca dengan klik Catatan Kejadian Mencekam Di Camp Dan Summit Attack Gunung Ciremai Bareng Backbone Adventure Indonesia
Get notifications from this blog