Kelas Inspirasi Brebes #3: Tragedi Pagi Dan Serunya Hari Inspirasi Di SDN Kalipucang
Nah kali ini saya akan melanjutkan cerita yang sempat terpotong di part satu dalam sebuah Kelas Inspirasi Brebes #3 Rombel (rombongan belajar) SDN Kalipucang.
Seperti diketahui di part satu saya menceritakan tentang keseruan di Homestay SDN Kalipucang yang penuh tragedi. Pokoknya lucu, seru dan bikin ketawa deh di homestay itu. Bagi yang belum tahu tragedi apa yang terjadi di homestay bisa langsung saja baca ceritanya di sini Kelas Inspirasi Brebes #3: Penuh Tawa Di Homestay SDN Kalipucang.
Nah di part kedua tulisan saya ini malah ada tragedi lagi yang terjadi sebelum Hari Inspirasi di laksanakan. Sama seperti tragedi olos yang sampai saya menuliskan artikel ini masih belum diketahui siapa pelakunya.
Namun tragedi di pagi ini malah lebih ngakak lagi tapi tidak selucu kak Gal yang kehilangan olos di homestay nih. Jadi pagi itu seusai shalat Subuh maka kita siap-siap untuk mandi dan bersih-bersih. Namun karena di homestay atau rumahnya Ibu Mita hanya ada satu kamar mandi, maka mau tidak mau kita harus mengantri.
Tapi saya, Kak Dwiki, Kak Rahman dan Kak Imam berinisiatif untuk memasang spanduk hari inspirasi di SDN Kalipucang sekalian mandi tentunya. Setelah izin Ibu Mita pun memberikan kunci sekolah dan bilang kalau mau mandi bisa di kamar mandi guru dan jangan di kamar mandi siswa.
Akhirnya kami berempat menuju sekolahan sambil membawa sepanduk dan pakaian ganti. Saat itu masih sekitar jam 5 pagi dan sekolah serta jalanan di depannya masih sepi. Hanya ada beberapa warga yang sedang bersiap berangkat kerja dan sebagian lagi ibu-ibu yang sibuk mencari sarapan.
Dan sesampainya di sekolahan yang pertama kali di cek adalah kamar mandi siswa yang ketika masuk aroma semerbak khas yang bikin pusing menyengat memasuki hidung. Dan sudah gitu pintu ketiga kamar mandi siswa itu hanya berupa spanduk yang di paku ke kusen pintu. Sungguh sangat-sangat tak layak ditambah lagi tak ada penerangan.
Karena tak menemukan dimana kamar mandi guru yang disebutkan Ibu Mita kami pun memutuskan untuk memasang spanduk terlebih dahulu di depan sekolah. Sembari menunggu kak Dwiki yang sudah kebelet dan terpaksa menggunakan kamar mandi siswa yang tak layak itu.
Namun setelah spanduk selesai di pasang akhirnya kak Rahman menemukan kamar mandi guru yang letaknya diantara ruang kelas 6 dan kelas 2. Setelah melongok kedalam kamar mandi yang dari luar kita kira ruangan gudang ini. Seperti menemukan oase di padang pasir.
Bersih ada penerangan dan sangat layak disebut kamar mandi. Hampir kebalikan dari kamar mandi siswa yang saya deskripsikan diatas. Dan akhirnya kak Imam yang mandi duluan di kamar mandi guru yang bersih dan dipenuhi beberapa sabun serta sikat gigi dan peralatan khas kamar mandi lainnya. Lalu kami pun bergantian untuk mandi.
Namun setelah saya selesai mandi dan keluar kamar mandi tiba-tiba kak Rahman bertanya, "Tadi pake sabun yang ada di kamar mandi?" dengan penuh penasaran. Karena saya bawa sabun mandi sendiri jadi saya bilang aja kalau saya pake sabun sendiri.
Eh kak Rahman malah tertawa terbahak-bahak sembari bilang, "Berarti cuma kita berdua yang kena ranjau ya," sambil melihat kak Imam. Karena penasaran akhirnya saya tanya kenapa. Ternyata eh ternyata kedua orang ini karena tak membawa sabun mandi sendiri, mereka menggunakan sabun yang ada di kamar mandi guru tersebut.
Dan usut punya usut ternyata itu bukan sabun untuk mandi melainkan sabun cuci tangan. Sontak kita bertiga pun tertawa sambil berjalan pulang menuju homestay untuk siap-siap. Sementara kak Dwiki masih asyik mandi di sana entah dia kena ranjau juga atau tidak. he he he.
Usai tragedi itu akhirnya sekitar jam setengah tujuh pagi semua relawan telah berkumpul di homestay termasuk panitia lokal, fasilitator, dan relawan inspirator serta relawan dokumentator. Masing-masing sudah mengenakan seragam profesionalnya dan membawa perlengkapan masing-masing.
Saya sendiri sebagai relawan dokumentator sudah siap dengan kamera kesayangan saya. Yang kata teman saya sesama pecinta fotografi kamera itu disebut pacar, ups. Ya mungkin karena memang jadi barang kesayangan dan selain itu kamera ini juga menjadi barang termahal yang pernah saya beli menggunakan uang sendiri, ups malah curcol.
Oke kembali lagi ke bahasan utama, pagi di Hari Inspirasi itu kami awali dengan senam bersama anak-anak SDN Kalipucang yang dipimpin oleh ibu guru. Ya itung-itung banyak gerak gitu sekalian nostalgia back to school bagi kami para relawan.
Sementara kak Gal yang moving terus sambil mengarahkan kameranya ke arah beberapa siswa dengan menekan tombol rec. Saya pun tak mau kalah bebereapa kali pacar saya eh kamera maksudnya mengeluarkan bunyi khasnya dan mengabadikan setiap mommen dalam Hari Inspirasi itu.
Setelah senam selesai kepala sekolah SDN Kalipucang pun memberikan sambutan dilanjutkan sambutan dari ketua relawan Kelas Inspirasi SDN Kalipucang dan diakhiri dengan perkenalan semua relawan termasuk saya.
Usai semua itu maka Hari Inspirasi selanjutnya dilaksanakan di kelas masing-masing. Dan sebelum melaksanakan dan memberikan inspirasi kita (relawan) berkumpul dan berdoa bersama untuk kelancaran acara Hari Inspirasi di SDN Kalipucang ini.
SDN Kalipucang adalah sekolah satu-satunya yang berada di desa Kalipucang, Jatibarang, Brebes. Desa ini sangat dekat dengan perbatasan antara kabupaten Brebes dan Tegal. Sekolah ini sanga unik dimana ruang belajar kelas 4 terpisah dari bangunan utama.
Entah bagaimana asalnya bisa begitu. Namun yang pasti untuk ruang belajar kelas 4 ini berada di seberang jalan dan terpisah dari ruang guru dan ruang kelas lainnya. Selain itu sekolah ini pun tak memiliki perpustakaan termasuk buku-buku bacaan yang sangat dibutuhkan sekitar 100 an siswanya.
Tak hanya itu di SDN Kalipucang ini pun ada kelas yang hanya berisi 9 siswa saja tetapi yang masih aktif bersekolah hanya ada 7 siswa. Karena 2 siswa lainnya masih ikut orang tuanya yang mengelola Warteg di Jakarta setiap 3 bulan sekali. Dan kelas itu adalah kelas 2 yang diajar oleh Ibu Mita sebagai wali kelasnya.
Namun dengan fasilitas yang kurang serta kondisi sekolahan yang kurang begitu layak untuk belajar. Karena di beberapa sudut ruang kelas terlihat tembok dan beberapa bagiannya sudah dimakan usia ini. Kami tetap semangat memberikan inspirasi untuk anak-anak SDN Kalipucang.
Di jam pertama beberapa kelas satu menjadi kelas yang akan ditaklukkan oleh Kak Umi. Kelas paling kecil dengan anak-anak yang imut serta paling tidak bisa diem ini memang menjadi tantangan sendiri bagi relawan.
Bahkan ketika Kak Ika menjadi inspirator di kelas satu ini, harus di bantu oleh fasilitator Kak Dwiki untuk menaklukkan anak-anak yang begitu hyperaktif. Termasuk satu nama siswi yang aktif banget dan pasti diingat oleh relawan yang pernah menangani kelas satu ini, namanya Alika.
Sementara kelas dua yang hanya berjumlah 7 orang pun tak kalah aktifnya dan selalu bertanya. Bahkan saat diisi oleh Kak Shima mereka berebutan untuk praktek cara menggunakan alat tensi darah. Sungguh semangat sekali.
Di kelas tiga memang tak ada yang menonjol namun beberapa siswa laki-laki kadang membuat relawan inspirator keteteran. Dan saat usai jam pertama yang diisi oleh Kak Imam yang menggunakan boneka tangan, mereka malah gak mau ganti inspirator dan maunya sama kak Imam bermain bareng boneka tangannya.
Untuk kelas empat sendiri kebanyakan relawan inspirator menyebut nama Sulthan sebagai siswa yang hyperaktif. Meskipun dengan ruangan kelas yang terpisah dari bangunan utama, mereka tetap semangat menerima inspirasi dari para relawan.
Kelas lima sendiri meiliki siri khas yang unik diantara kelas lainnya. Disaat kelas lainnya yang menggunakan meja yang berjejer rapih mereka justru membuat beberapa kelompok dengan meja di satukan. Dan ada satu siswa yang tak mau di foto di kelas ini jadi ya agak susah sih dan bahkan saya gak dapat foto candidnya, ups.
Lalu kelas enam lebih mudah diatur karena mereka sudah lebih dewasa dari yang lainnya. Namun tetap keseruan mereka dalam menerima inspirasi dari relawan inspirator sangat bersemangat. Bahkan sangat fokus sekali seperti menerima pelajaran dari bapak/ibu guru.
Semuanya begitu gembira dan senang dengan kedatangan Kelas Inspirasi dan para relawan inspirator dengan masing-masing cara mengajar yang unik dan penuh kegembiraan. Nah tapi apa saja ya kira-kira yang diajarkan para relawan inspirator untuk siswa-siswi SDN Kalipucang?
Dan mau tau profil foto dari relawan yang ikut dalam Kelas Inspirasi rombel SDN Kalipucang ini? Makanya tunggu di artikel selanjutnya ya sekalian menjadi ending epic di acara Kelas Inspirasi Brebes #3 khususnya rombel SDN Kalipucang. (Soalnya kalau ditulis disini takut tar kaya tragedi sabun cuci tangan kok dipake mandi, ups).
Dan jangan lupa kasih komentar ya setelah baca artikel ini dan kalau suka dengan keseruan ceritanya bisa di share di social media kamu biar bisa berbagi dan tertawa bareng.
Get notifications from this blog